kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di masa pandemi corona, SMRA masih bisa jual rumah seharga Rp 7 miliar per unit


Jumat, 29 Mei 2020 / 18:17 WIB
Di masa pandemi corona, SMRA masih bisa jual rumah seharga Rp 7 miliar per unit
ILUSTRASI. Kawasan Summarecon Bekasi yang dikembangkan?PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).


Reporter: Sandy Baskoro, Selvi Mayasari | Editor: Sandy Baskoro

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis properti ikut terpukul wabah corona (Covid-19). Meski demikian, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) masih bisa menjual unit rumah di beberapa proyek yang mereka kembangkan.

Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto Pitoyo Adhi mengakui, bisnis properti sebenarnya sudah lesu sejak tahun 2015 silam. Namun pada tahun lalu, penjualan properti mulai merangkak naik.

Baca Juga: Market cap 10 emiten properti sudah ambles Rp 86,85 triliun, berikut daftarnya

Tahun lalu, SMRA berhasil membukukan penjualan pemasaran atau marketing sales senilai Rp 4,1 triliun. "Melampaui target sebesar Rp 4 triliun," ungkap Adrianto dalam forum diskusi virtual bertajuk MarkPlus Industry Rountable Sektor Properti, hari ini (29/5).

Selama kuartal pertama tahun ini, penjualan properti juga masih properti. Namun memasuki April, pasar cenderung menurun.

Meski demikian, Adrianto menyatakan Summarecon Agung masih bisa mencatatkan penjualan properti di masa pandemi Covid-19. "Meski secara volume terkoreksi, kami masih bisa menjual unit properti di Summarecon Bekasi yang harganya Rp 6 miliar - Rp 7 miliar per unit," imbuh dia.

Baca Juga: Prospek Emiten Properti Masih Lesu

Oleh karena itu, manajemen SMRA berupaya responsif melayani kebutuhan konsumen. Misalnya, Summarecon Agung menangkap tren bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dengan memperkuat produk yang nyaman bagi penghuni ketika bekerja dari rumah.

MarkPlus Inc menyebutkan, pada masa pandemi Covid-19, mayoritas konsumen menahan diri untuk membeli hunian baru dan masih fokus menjaga stabilitas keuangan.
Penundaan pembelian produk properti diprediksi terjadi hingga 2021, meski ada sebagian masyarakat yang justru memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi dengan membeli properti baru.

Baca Juga: Ini warning Mochtar Riady terkait krisis ekonomi akibat wabah Covid-19

Di tengah masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dominasi interaksi melalui platform digital menjadi pilihan masyarakat dibandingkan interaksi secara offline.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×