kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Efek negatif perang dagang AS dan China


Kamis, 21 Juni 2018 / 11:00 WIB
Efek negatif perang dagang AS dan China


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menghantui neraca perdagangan Indonesia. Isu tersebut dikhawatirkan akan membuat defisit neraca dagang RI tahun ini semakin lebar. Apalagi Indonesia baru satu kali mencatat surplus neraca perdagangan, yaitu pada Maret 2018 sebesar US$ 1,09 miliar.

Seperti diketahui, isu perang dagang antara AS dan China semakin panas. Pada Jumat (15/6), Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk merealisasikan tarif 25% untuk produk teknologi China, seperti telepon selular dan televisi. Tarif akan berlaku pada 6 Juli 2018.

China pun membalas dengan rencana tarif impor minyak mentah AS dan produk seperti sorgum, kedelai, dan daging. Ketegangan kembali mencuat lantaran Trump kembali mengecam dengan ancaman tarif baru, yakni sebesar 10% pada barang-barang China.

Kondisi itu mengkhawatirkan, karena AS dan China merupakan dua negara tujuan ekspor utama Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 2017, ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai US$ 21,32 miliar atau 13,94% dari total ekspor nonmigas (lihat tabel).

Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Sugandi mengatakan, perang dagang AS dan China dalam skala global akan merugikan perekonomian dunia. Tak hanya dalam jangka pendek, tetapi juga dalam jangka menengah dan panjang.

Beberapa negara bisa untung, jika memang produk ekspornya merupakan produk substitusi China. "Tapi perang dagang berisiko memperbesar defisit neraca perdagangan Indonesia," kata Eric. Sebabnya pertama, ekspor Indonesia ke China melemah jika pertumbuhan ekonomi China melambat. Kedua, ada pengalihan beberapa barang ekspor dari China yang tadinya ke AS menjadi ke Indonesia, seperti baja dan alumunium. Perkiraan Eric, dampak perang dagang terasa setelah satu kuartal tarif-tarif impor tersebut diberlakukan.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, dampak perang dagang terhadap neraca dagang Indonesia paling cepat terasa tahun depan. Sebab, hingga kini negosiasi masih terus berlangsung.

Peneliti Indef Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, perang dagang akan membuat neraca perdagangan RI kembali defisit di semester II-2018. "Bulan Agustus-September berpotensi defisit US$ 500 juta–US$ 1 miliar," katanya.

Karena itu pemerintah harus segera mencari strategi mengalihkan produk ekspor ke pasar lain, seperti Afrika Bagian Tengah dan Selatan, Eropa Timur, Amerika Latin, Asia Tengah, dan Rusia. Sebab, beberapa komoditas strategis seperti minyak sawit (CPO), tekstil, hingga karet akan terkena imbas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×