kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: RI harus kurangi ketergantungan komoditas


Minggu, 18 Juni 2017 / 21:58 WIB
Ekonom: RI harus kurangi ketergantungan komoditas


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira sependapat dengan proyeksi Bank Dunia tentang penurunan harga komoditas pada 2018. Menurutnya, harga komoditas makin tak bisa ditebak ke depannya.

Itu sebabnya, kata Bhima, pemerintah perlu melakukan beberapa langkah antisipasi untuk menghadapi kondisi tersebut. ''Lebih dari 79% ekspor Indonesia terdiri dari komoditas mentah. Sementara porsi barang industrinya masih di bawah 20%,'' ujarnya.

Menurutnya, untuk mengurangi ketergantungan komoditas, pemerintah perlu memberikan insentif bagi industri pengolahan. Di samping itu, hambatan ekspor barang jadi ke negara tujuan harus dinegosiasikan.

Bhima menjelaskan, langkah terdekat yang perlu dilakukan pemerintah adalah mendorong hilirisasi industri, agar barang yang diekspor dalam bentuk produk jadi, bukan mentah.

Pemerintah juga sebaiknya meningkatkan hedging atau lindung nilai, terutama bagi para petani maupun produsen crude palm oil (CPO). Fasilitas hedging, seperti kontrak futures masih jarang digunakan di Indonesia.

Yang terakhir, soal tarif bea masuk yang cenderung tinggi. Misal, seperti ekspor mebel dan makanan jadi ke beberapa negara Afrika sebenarnya besar, tapi bea masuknya sampai 40%. Hal tersebut, kata Bhima, perlu dikurangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×