kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor biodiesel ke AS terancam kebijakan Trump


Senin, 23 Januari 2017 / 17:24 WIB
Ekspor biodiesel ke AS terancam kebijakan Trump


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Ketikdapastian terhadap kebijakan proteksionisme perdagangan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang digaungkan Donald Trump juga singgah ke sektor ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia ke AS, khususnya biodiesel. Selama ini, Pemerintah AS melakukan subsidi sehingga harga biodiesel terpaut sekitar Rp 4.500 per kilogram (kg) lebih murah ketimbang harga minyak dari fosil.

Karena itu, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) Bayu Krisnamurthi mengatakan, berdasarkan data BPDP ekspor biodiesel Indonesia ke AS dari Januari-November 2016 mencapai 1,2 juta ton. Pasar biodiesel Indonesia ke AS tergolong baru berkembang dan dinilai sebagai pasar CPO yang prospektif sehingga perlu mendapat perhatian serius.

"Penggunaan biodisel di AS bisa berkembang karena mendapatkan subsidi dari pemerintah AS. Jadi jika kebijakan anggaran Trump menghapus subsidi itu tentu akan membuat ekspor kita sulit bersaing di AS. Sekarang kami dalam posisi menunggu kebijakan Trump terkait biodisel ini," ujar Bayu, Senin (23/1).

Bayu mengatakan, ada selisih sekitar US$ 30 sen hingga US$ 40 sen per kg lebih murah ketimbang harga minyak bumi berbahan baku fosil. Perbedaan selisih harga ini dinilai sangat signifikan. Bila Trump menghapus subsidi ini, maka BPDP memprediksi ekspor biodisel ke AS berpotensi tidak lagi kompetitif dengan harga minyak bumi dan akan turun drastis. Bayu berharap Trump tidak menghapus subsidi biodiesel sehinga ekspor biodisel Indonesia ke AS akan meningkat.

Selain pasar di AS, Bayu juga mengatakan ekspor biodisel ke Spanyol dan Italia mulai menggeliat. BDPD mencatat hingga November 2016, ekspor biodisel ke dua negara tersebut lebih dari 2 juta ton. "Jadi selain AS, kedua negara di Eropa ini juga menjadi perhatian serius bagi kita," imbuhnya.

Selain negara tersebut di atas, ada empat negara utama yang menjadi tujuan ekspor CPO dan produk turunannya. Pertama adalah India sebesar 5,1 juta ton pada November 2016, disusul China 2,8 juta ton, Belanda 2,5 juta ton dan Pakistan 1,8 juta ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×