kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Eksportir RI manfaatkan perang dagang AS-China


Selasa, 17 April 2018 / 10:20 WIB
Eksportir RI manfaatkan perang dagang AS-China
ILUSTRASI. Baja China


Reporter: Eldo Christoffel Rafael, Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor dan impor besi dan baja meningkat pada kuartal I 2018. Asosiasi industri besi dan baja melihat bahwa kenaikan transaksi tersebut karena dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor besi dan baja pada Maret senilai US$ 532,6 atau naik 64,94% dari periode Februari senilai US$ 322,9 juta. Sementara pada JanuariMaret 2018 ekspor sebesar US$ 1,254.9 miliar atau ada kenaikan 125,11% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 557,5 juta.

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia, Hidayat Triseputro menjelaskan, kenaikan ekspor baja karena adanya perang dagang antara Amerika dan China, sehingga eksportir memanfaatkan situasi tersebut. "Ya kalau ada kesempatan tentu dimanfaatkan," kata dia kepada KONTAN, Senin (16/4).

Hanya saja produk yang diekspor kemungkinan besar bukan jenis baja utama. "Naik itu bisa jadi permintaan impor oleh Amerika Serikat sekitar dua sampai tiga bulan lalu, karena untuk pesan produk baja sampai delivery butuh waktu selama itu," katanya.

Catatan saja, Negara Paman Sam menetapkan tarif impor baja 25% dan aluminium 10% dari berbagai negara. Perang dagang berlanjut saat China menerapkan tarif bea masuk hingga 25% terhadap 128 produk dari Amerika Serikat. "Ada kemungkinan besar importirnya sudah mengantisipasi policy dari Presiden AS Donald Trump," kata Hidayat

Sementara untuk impor besi dan baja pada Maret senilai US$ 880,2 juta atau ada kenaikan 23,02% dari periode Februari sebesar US$ 715,5 juta. Sementara pada periode kuartal I 2018 2018 impor senilai US$ 2,408.5 miliar atau ada kenaikan 48,06% dari periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 1,626.7 miliar.

Hidayat belum memahami kenaikan impor. Namun dirinya berharap produk impor itu berupa semi finished produk, karena merupakan bahan baku produksi. Tetapi, menurutnya, bila yang diimpor merupakan finished produk, maka Indonesia akan banjir baja China. "Perlu didalami, itu finished product atau bukan. Apakah ini sebagai akibat pengalihan nomer HS atau bukan," katanya.

Purwono Widodo, Direktur PT Krakatau Steel Tbk menjelaskan meningkatnya impor baja utamanya dari jenis bahan baku billet baja. "Ini terjadi karena harga billet yang tarifnya sangat tinggi sudah normal kembali. Hal ini setelah China mulai memberi alokasi ekspor billet kembali," ujar Purwono kepada KONTAN, Senin (16/4).

Sementara itu, PT Krakatau Steel Tbk harga baja di kuartal pertama meningkat sehingga permintaan akan naik. Namun, kuartal II 2018 diprediksi akan kembali turun karena kenaikan bea masuk impor baja dan aluminium.

"Tetapi gangguan itu hanya sementara, karena semester II tahun ini diyakini bisnis baja domestik akan meningkat dengan mulai adanya pengerjaan proyek-proyek baru, baik di konstruksi dan infrastruktur, termasuk proyek pipa untuk industri minyak dan gas di sektor hulu maupun hilir, kata Mas Wigrantoro, Direktur Utama PT Krakatau Steel beberapa waktu lalu.

Mas Wigrantoro menambahkan, bahwa harga baja domestik ditentukan oleh tingkat harga bahan baku, persediaan sumber energi serta adanya keseimbangan antara persediaan dan permintaan baja.

Setahun terakhir ini terjadi kenaikan harga baja secara signifikan, karena pabrik baja di China mengalami penutupan secara besar-besaran, terutama pabrik yang masuk kategori kurang memperhatikan aspek lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×