kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga anak ayam semakin murah


Senin, 03 Oktober 2011 / 08:30 WIB
Harga anak ayam semakin murah
ILUSTRASI. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan,jumlah penduduk usia kerja terdampak pandemi Covid-19 mencapai 29,12 juta


Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga bibit ayam alias day old chick (DOC) ternyata semakin murah dalam satu setengah bulan terakhir. Bahkan, harga DOC sempat di titik terendah yakni menembus Rp 800 per ekor pada 19 September 2011. Namun, pengusaha optimis, harga bibit ayam tersebut bisa kembali normal ke Rp 3.000 per ekor, bahkan bisa lebih pada bulan ini.

Tri Hardianto, Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), mengatakan, semenjak awal Agustus lalu, harga DOC memang terus turun di bawah harga normal. Penyebabnya, permintaan lebih rendah dari pasokan. "Menjelang hari raya, peternak sudah mengurangi produksi karena terhalang libur lebaran. Sedangkan produksi DOC tetap," kata Tri, Minggu (2/10).

Kemudian, setelah lebaran, permintaan anakan ayam mulai normal. Namun, pada saat itu, produksi DOC berlebih. Penyebabnya, pengusaha memiliki telur DOC lebih banyak dari biasanya. Hal ini terkait dengan adanya libur lebaran, produksi DOC sempat terhenti, sementara pasokan telur DOC tetap ada. Telur tersebut paling lama bertahan tiga pekan untuk menghasilkan DOC yang baik. Oleh karena, agar menghindari resiko lebih besar lagi, pengusaha menambah kapasitas produksi DOC.

Namun, Tri bilang, kondisi menjelang akhir bulan September kemarin sudah normal. "Perdagangan 30 September 2011, harga DOC Rp 2.250 - Rp 2.300 per ekor," kata Tri. Harga tersebut naik drastis dari hari sebelumnya hanya Rp 1.500 per ekor.

Menurut Tri, harga tersebut akan terus bergerak hingga mencapai kondisi normal. Bahkan, bukan tidak mungkin, harga DOC bisa menyentuh Rp 4.000. "Kenaikan itu mungkin hanya terjadi di Pulau Jawa saja, sedang di luar malah turun," tandas Tri.

Soalnya, mulai Oktober ini, pengusaha DOC lebih fokus mengirimkan produknya ke luar Pulau Jawa. Bahkan, sebagian stok di Pulau Jawa juga bakal dikirim ke pulau-pulau yang lain. "Karena permintaannya meningkat," kata Tri. Sayangnya, ia enggan menjelaskan kondisi pasar DOC di Pulau Jawa dan pulau-pulau yang lain.

Hartono, Ketua Umum Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Unggas Nasional, bilang, saat harga DOC, banderol daging ayam juga sempat limbung. "Dua pekan lalu, harga ayam hidup sempat melorot ke Rp 7.500 - Rp 8.000 per kg karena pasokan berlimpah pasca lebaran," tandas Hartono. Untungnya saja, mulai akhir September ini harga daging ayam kembali naik, jadi Rp 17.000 per kg (ayam hidup berbobot 1 kg) dan Rp 14.000 per kg (ayam hidup berbobot 1,6 kg ke atas).

Pakan mahal

Ke depan, Hartono yakin, harga daging ayam tidak akan turun lagi. Bahkan, penurunan harga DOC tidak akan mempengaruhi banderol daging ayam. Soalnya, harga pakan juga masih mahal. "Meskipun harga DOC di bawah Rp 2.000, peternak tetap harus menjualnya minimal Rp 14.000, itu pun keuntungannya tipis," kata Hartono.

Tri juga bilang, pakan ayam memang masih menjadi kendala utama peternak. Saat ini, harga pakam ayam relatif tinggi, Rp 5.000 per kg. "Padahal, sentra-sentra jagung sedang panen raya," kata Tri.

Tri mencatat, saat panen raya harga jagung di Jawa Timur di tingkat pedagang besar hanya Rp 2.600 per kg, turun dari pekan sebelumnya Rp 3.300 per kg. Hitung punya hitung, harga jagung di tingkat pabrik hanya mencapai Rp 2.800 - Rp 2.900 per kg. "Di tambah dengan biaya produksi dan lain-lain, maka harga pakan ternak harusnya turun menjadi Rp 4.700 per kg," tandas Tri .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×