kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak makin mendidih ke titik tertinggi sejak 2014


Selasa, 24 April 2018 / 07:50 WIB
Harga minyak makin mendidih ke titik tertinggi sejak 2014
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak makin mendidih. Selasa (24/4) pukul 7.26 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2018 di New York Mercantile Exchange naik ke US$ 68,97 per barel.

Harga minyak ini menguat 0,48% jika dibandingkan dengan penutupan harga kemarin. Dalam tiga hari perdagangan berturut-turut, harga minyak menguat 0,94% dan menguat 3,65% dalam sepekan.

Harga minyak WTI ini mencapai level tertinggi sejak Desember 2014.

Sejalan, harga minyak brent untuk pengiriman Juni 2018 di New York Mercantile Exchange menguat 0,44% ke US$ 75,04 per barel. Harga minyak brent ini menguat dalam enam hari perdagangan berturut-turut.

Dalam sepekan, harga minyak brent melonjak 5,07%. Ini pun merupakan harga minyak tertinggi sejak Februari 2015.

Menteri minyak Iran Bijan Zanganeh mengatakan, OPEC tidak perlu memperpanjang kesepakatan pemangkasan jika harga minyak cukup menguat. OPEC dan beberapa negara non OPEC memangkas produksi sejak awal tahun lalu untuk menurunkan kelebihan pasokan global. Kesepakatan ini akan berakhir pada akhir 2018.

"Pasar akan melihat apakah kondisi fundamental minyak akan mengetat," kata Gene McGillian, vice president of research Tradition Energy kepada Reuters.

Harga minyak belakangan menguat karena adanya sanksi Amerika Serikat (AS) kepada perusahaan-perusahaan dan individu Rusia. Ada pula kekhawatiran sanksi baru terhadap Venezuela dan Iran. Ketiga negara ini merupakan penghasil minyak yang cukup berpengaruh.

"Harga makin naik karena sanksi AS terhadap negara-negara eksportir besar minyak seperti Venezuela, Rusia dan Iran," kata Kerry Craig, global market strategist JPMorgan Asset Management.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×