kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga tembakau tembus rekor


Selasa, 11 Oktober 2011 / 07:06 WIB
Harga tembakau tembus rekor
ILUSTRASI. Logo Huawei dan tanda 5G digambarkan di Mobile World Congress (MWC) di Shanghai, China, 28 Juni 2019.


Reporter: Adi Wikanto, Handoyo | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Petani tembakau sumringah. Berbeda dengan tahun lalu, panen tembakau tahun ini sangat memuaskan. Harganya yang tinggi bahkan mencetak rekor tertinggi sudah pasti akan menebalkan dompet mereka. Untuk grade G semisal, harganya Rp 350.000 per kilogram (kg).

Nurtanto Wisnubroto, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah (Jateng) mengatakan, harga semua grade tembakau naik pada musim panen tahun ini. Catatan saja, ada tujuh grade tembakau di Jateng, yakni A, B, C, D, E, F, G. Grade A, B, C, D merupakan kualitas rendah hingga menengah, sedang E, F, G kualitas tinggi. "Tahun lalu, grade G (tembakau srintil) harganya hanya sekitar Rp 200.000 per kg," kata Nurtanto, Senin (10/10).

Kemudian, grade E dan F, harganya lebih dari Rp 300.000 per kg, naik dari tahun lalu Rp 150.000-Rp 200.000 per kg. Sedang harga grade D naik dari Rp 65.000 menjadi Rp 90.000-Rp 125.000 per kg. Grade C dari Rp 35.000-Rp 40.000 menjadi Rp 60.000-Rp 90.000 per kg, grade B dari Rp 17.500 menjadi Rp 35.000-Rp 40.000 per kg, dan terakhir grade A dari Rp 12.500 menjadi Rp 25.000 per kg. "Rata-rata harga naik 100%, di semua daerah," ujar Nurtanto.

Kenaikan harga terpicu oleh mutu tembakau hasil panen tahun ini yang baik. Cuaca tahun ini mendukung budidaya tembakau oleh petani. Curah hujan yang lebih rendah dari tahun 2010 menjadikan jumlah tanaman tembakau yang rusak sedikit. "Tahun 2010, tingkat kerusakan lahan tembakau mencapai 30% lebih, sekarang kurang dari 5%," jelas Nurtanto.

Abdus Setiawan, Ketua Umum APTI menambahkan, curah hujan rendah membuat tanaman tembakau cukup mendapatkan sinar matahari. Hal ini dapat meningkatkan kadar gula tembakau. Selain itu, pembentukan daun tembakau juga lebih optimal sehingga meningkatkan produksi panenan.

Menurut Abdus, rata-rata produksi 1 hektare lahan tembakau mencapai satu ton. Namun, ada juga yang kurang dari itu, seperti di Madura yang hanya 700 kg, dan Jember 900 kg. "Tapi, ini jauh lebih dari tahun 2010 yang kurang dari separuhnya pencapaiannya," jelas Budidoyo, Sekretaris Jenderal APTI.

Dengan peningkatan itu, APTI optimistis, produksi tembakau tahun ini akan jauh lebih dari 2010 lalu. Catatan APTI, luas lahan tembakau tahun ini sekitar 200.000 ha. Dengan rata-rata produksi 900 kg per ha dan kerusakan lahan 5%, total panen tembakau tahun ini bisa mencapai 170.000 ton. "Itu angka optimistis, pesimistisnya 165.000 ton, naik 35% dari tahun 2010 hanya 122.276 ton," jelas Abdus.

Nurtanto, menghitung, pertumbuhan produksi tembakau di Jateng tahun ini bisa mencapai 80% dari 2010. Khusus wilayah Temanggung yang merupakan pusat tembakau di Jateng, tahun 2010 lalu bisa memasukkan panenan ke gudang sekitar 14.000 ton. "Tahun ini bisa 25.000 ton, lebih tinggi dari tahun 2009 hanya 19.000 ton," tandas Nurtanto.

Sayangnya, nasib baik malah menghindar dari perdagangan luar negeri komoditas tembakau ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor tembakau pada bulan Agustus 2011 hanya US$ 53,89 juta, turun 19,96% dari Juli sebesar US$ 67,33 juta. Nilai ini lebih rendah dari rata-rata ekspor tembakau di sepanjang Januari - Agustus 2011 sebanyak US$ 61,07 juta. Padahal, sepanjang Januari - Agustus 2011, nilai ekspor tembakau mencapai US$ 488,59, naik tipis 0,37% dari periode sama tahun lalu.

Kunjoro, Ketua Eksportir Tembakau Jember mengatakan, penurunan nilai ekspor karena permintaan dunia atas tembakau melemah. Ini merupakan dampak krisis global yang belum berujung.

"Ekspor tembakau kita didominasi ke Eropa seperti Belanda, Jerman, dan Spanyol. Kini mereka krisis," ujar Kunjoro. Ia pesimistis, ekspor tembakau bisa bangkit lagi dalam waktu dekat karena hingga kini belum ada tanda-tanda jalan keluar krisis .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×