kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri hulu baja berharap pengetatan barang impor


Senin, 29 Januari 2018 / 20:10 WIB
Industri hulu baja berharap pengetatan barang impor


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen baja, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menilai industri baja secara global tengah mengalami perbaikan harga akibat turunnya suplai dari China. Hal tersebut turut memberikan dampak positif bagi industri baja nasional.

Purwono Widodo, Direktur Pemasaran Krakatau Steel mengatakan, sisi positifnya, impor baja murah dapat sedikit dikurangi. "Selebihnya tantangan kami adalah meningkatkan produksi juga ekspansi untuk memaksimalkan suplai domestik yang masih banyak diisi produk impor," kata Purwono kepada Kontan.co.id, Senin (29/1).

KRAS berharap dukungan pemerintah berkesinambungan untuk mengurangi impor yang berlebihan. "Diharapkan kontrol terhadap impor yang tidak fair seperti impor baja paduan agar diperketat lagi," imbuh Purwono.

Krakatau Steel berencana meningkatkan volume penjualan baja tahun ini. Adapun peningkatan volume penjualan tahun ini berkisar 40% atau menjadi 2,8 juta ton.

Hal ini berdasar dari proyeksi kebutuhan baja domestik yang terus meningkat. Pada tahun 2016 kebutuhan baja dalam negeri mencapai 12,7 juta ton. Kebutuhan ini diproyeksikan akan terus meningkat. Rata-rata peningkatan 1 juta ton baja setiap tahunnya.

Sementara itu Kodrat Setiawan, Consumer Relations PT Gunung Garuda, anak usaha dari Gunung Steel Group menjelaskan, meski impor mulai berkurang, ancaman produk baja luar untuk terus masuk ke Indonesia masih belum hilang. "Untuk itu perlu pula aturan antidumping dan beberapa safeguard," kata Kodrat kepada Kontan.co.id.

Adapun Gunung Steel Group, kata Kodrat, saat ini telah mengantongi perpanjangan safeguard untuk beberapa produknya. Keseriusan proteksi tersebut menurutnya bakal mempengaruhi produksi pabrikan baja Indonesia.

"Sebab kalau impor banyak sementara produksi kami harganya tidak bisa bersaing, lebih baik jadi pedagang bukan?" ujar Kodrat. Dia mengingatkan, industri baja ini memiliki multiplier effect, dimana jumlah pekerja yang terserap oleh pabrik Gunung Steel Group mencapai 6.000 orang.

Sampai di tahun 2017, Gunung Steel Group mengklaim masih memperoleh pertumbuhan bisnis yang signifikan. Kata Kodrat, jika di tahun sebelumnya penjualan per bulan rata-rata untuk kategori plat baja sekitar 30.000 ton, maka di 2017 lalu angka tersebut naik ke kisaran 40.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×