kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan bank enggan jor-joran take over KPR


Minggu, 19 November 2017 / 14:36 WIB
Ini alasan bank enggan jor-joran take over KPR


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank semakin gencar menggenjot pertumbuhan realisasi kredit pemilikan rumah (KPR) jelang akhir tahun. Ada bank yang menawarkan salah satunya layanan take over bagi nasabah. Tapi, ada juga bank yang lebih suka memperluas ke nasabah baru. 

Bagi beberapa bank, pengambilalihan KPR nasabah dari bank lain ini tak memberi kontribusi besar bagi bank. 

Bank PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) misalnya, yang telah memiliki outstanding KPR sebesar Rp 21,1 triliun, dengan pertumbuhan 25% secara tahunan. Karena itu, Direktur BRI Handayani bilang, pihaknya belum fokus menawarkan pengambilalihan KPR guna meningkatkan realisasi KPR BRI.

Alih-alih fokus ke cara tersebut, BRI memilih untuk memperluas kerjasama dengan developer perumahan. Bank ini juga menawarkan promo khusus cicilan dengan bunga ringan, misalnya 6,75% fixed satu tahun dan 7,5% fixed tiga tahun untuk menggaet debitur KPR. 

Menurut Handayani, take over KPR sebenarnya lebih menguntungkan bagi nasabah. Pasalnya, nasabah berkesempatan untuk mendapatkan bunga lebih rendah dibandingkan bunga yang dipasang oleh bank pertama.

"Bagi nasabah menguntungkan karena akan selalu mendapatkan bunga terbaik, dan biasanya bunga take over itu rendah," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (19/11).

Senada, PT Bank CIMB Niaga Tbk juga mengatakan enggan untuk melakukan promo untuk take over KPR.

Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan menyebut sampai dengan akhir tahun pihaknya masih ingin main aman. Antara lain dengan melakukan penawaran dari rekanan developer untuk pasar utama alias primary market.

Sementara untuk take over kredit, menurut Lani, sebenarnya kurang menguntungkan. Pasalnya, bank harus menekan bunga dan juga biaya-biaya agar nasabah tertarik memindahkan KPR-nya.

"KPR kami lebih banyak yang baru, bukan take over. Kurang menguntungkan (take over) karena pasti harus menekan bunga dan juga biaya atau fee agar lebih menarik dari provider (bank) sebelumnya," imbuhnya.

Sembari melakukan pendekatan dengan developer, CIMB Niaga juga memperkuat sisi strategi penawaran bisnis kepada nasabahnya alias cross-selling.

"Tentu saja dengan cross-selling yang kuat, maka nasabah existing ada juga yang memindahkan KPR-nya dari tempat lain ke CIMB Niaga," katanya.

Hal ini tetapi hanya berdasarkan permintaan dari nasabah tersebut, terutama untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan paket program atau KPR manfaat milik CIMB Niaga dengan bunga cicilan bisa mencapai 0%. Program ini hanya berlaku jika nasabah tersebut sudah memiliki tabungan di CIMB Niaga.

Sebagai gambaran saja, sampai dengan kuartal III 2017 CIMB Niaga mencetak outstanding KPR mencapai Rp 26,5 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 12,1% secara tahunan dibanding capaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 23,63 triliun.

Hingga akhir tahun, bank yang terafiliasi dengan CIMB Group ini menargetkan KPR dapat tumbuh sebesar 10%.

Sejatinya, ada bank yang akan menggenjot layanan take over KPR. Ambil contoh, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang tak tanggung-tanggung menawarkan penawaran pengambilalihan KPR alias take over KPR dengan syarat mudah berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja. Ditambah, bunga yang ditawarkan juga ringan yakni mulai dari 7,1% tetap (fixed) selama 2 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×