kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kiat waralaba tembus pasar global


Jumat, 15 September 2017 / 10:50 WIB
Ini kiat waralaba tembus pasar global


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Model bisnis waralaba atau franchise, kian diminati, baik oleh para pelaku usaha yang rajin membesut bisnis baru, maupun oleh para pemodal yang tak ingin repot merintis usaha baru. Kesiapan sistem manajemen hingga operasional memberikan kemudahan bagi investor untuk memulai usaha sekaligus menuai untung.

Tidak hanya menyasar pasar lokal, para pemilik bisnis waralaba juga mencicipi manisnya pasar global, ketika bisnisnya berhasil menembus pasar tersebut. Ambil contoh, Kebab Babarafi, Es Teler 77, Bumbu Desa, J.CO, Pecel Lela, Es Batok 212 dan lainnya.

Evi Diah Puspitawati, Konsultan International Franchise Business Management mengatakan, sejatinya investor asal luar negeri memberikan respon positif untuk waralaba asal Indonesia. Hanya, ada tantangan berat untuk pemilik merek agar bisa membuka cabangnya. Karena, "Persyaratan disana sangat ketat," katanya.

Para pemilik merek harus mengikuti standar di masing-masing negara tujuan, mulai dari standar kebersihan, pengolahan, keamanan, sampai dengan bahan baku. Tidak hanya itu, perekrutan tenaga kerja pun juga harus dipikirkan.

Evi mengaku, cukup sulit menemukan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan terutama untuk bisnis spa dan kecantikan. Selain itu, mahalnya upah kerja membuat sang pemilik usaha dan mitra harus membuat usahanya seefektif mungkin. Bahkan, "Ada juga yang (pemilik merek) memilih membawa tenaga kerja dari Indonesia. Tapi, konsukuensinya biaya perijinannya juga cukup mahal," tambahnya.

Pemilik jaringan waralaba Kebab Baba Rafi Hendy Setiono pun membeberkan rahasianya menembus pasar luar negeri. Yakni, harus memilih partner bisnis yang tepat dan dapat menerima visi dan misi bisnis miliknya.

Selain itu, roduk yang ditawarkan harus disesuaikan dengan kondisi konsumen negara tersebut. Misalkan, dari penyesuaian rasa produk. Inovasi dan kreatifitas produk pun diperlukan agar konsumen tidak cepat bosan.

Hendy juga mengakuiĀ  beratnya iklim persaingan di pasar internasional, karena harus melawan usaha waralaba global lainnya yang mempunyai standardisasi tinggi. Sehingga, mau tidak mau mereka pun harus mengikutinya.

Kendala lainnya adalah penyediaan bahan baku. Khususnya rempah-rempah yang tak mungkin selalu dipasok dari Indonesia. Solusinya, mereka menggunakan rempah-rempah dalam bentuk remix.

Asal tahu saja, bisnis kuliner ini sudah mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 2003. Setelah sukses di negeri sendiri, tahun 2005 Hendy berekspansi ke luar negeri. Sampai sekarang, sudah ada 1300 gerai yang ada di Indonesia dan 60 gerai yang tersebar di sembilan negara yaitu Malaysia, Philipina, Srilangka, Singapura, Brunei, Belanda dan Bangladesh. Bila tidak ada halangan, dia akan membuka cabang di Cyrus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×