kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

INSA usulkan relaksasi biaya pelabuhan untuk kontainer kosong


Jumat, 19 Februari 2021 / 18:25 WIB
INSA usulkan relaksasi biaya pelabuhan untuk kontainer kosong
ILUSTRASI. Suasana aktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa pengusaha mengklaim terjadi perlambatan ekspor akibat penurunan aktivitas kapal. Indonesian National Shipowners' Association (INSA) mengklarifikasi bahwa hal itu karena kontainer kosong.

"Mungkin yang dimaksud adalah terkendala kontainer kosong, yang memang terjadi dalam beberapa bulan belakangan ini sebagai dampak lanjutan dari kondisi Covid-19. Kalau space atau ruang kapal, bukannya tidak ada kapal melainkan freightnya yang meningkat banyak," terang Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto kepada konta.co.id, Jumat (19/2).

Menurutnya, ini merupakan effect bola dari pelambatan arus barang karena covid-19. Karena berkurang barang yang diangkut, operator kapal otomatis mengurangi space-nya. Di sisi lain, terjadinya lockdown di beberapa negara juga membuat terjadinya kongesti, sehingga pengembalian kontainer kosong/repo terhambat.

Carmelita menjelaskan pada saat kegiatan ekonomi Tiongkok mulai pulih dari Covid-19, terjadi peningkatan permintaan space dan kontainer kapal.

Baca Juga: INSA: Semua komoditas dalam negeri sudah bisa dipenuhi oleh armada kapal nasional

"Karena demand ini tinggi, sedangkan supply kontainer terhambat, terjadi hukum ekonomi, adanya penaikan freight/biaya angkut untuk kegiatan ekspor. Hal yang sama terjadi pada kegiatan ekspor Indonesia. Apalagi, pandemi ini juga berdampak pada penurunan volume impor Indonesia," jabarnya.

Sayang, ia tak merincikan terkait besaran peningkatan biayanya. Hanya saja, menurutnya dinamika tersebut memang sudah sering terjadi didalam dunia shipping.

"Masih segar kan dalam ingatan kita semua, beberapa tahun yang lalu terjadinya market global shipping yang depress. Di mana banyak perusahaan yg harus bankcrupt seperti Hanjin dan beberapa perusahaan kapal harus merger atau diakuisisi untuk bisa tetap survive," lanjutnya.

Carmelita memperkirakan kondisi ini paling cepat dampaknya berakhir di kuartal I-2021 sampai adanya keseimbangan kegiatan perdangan dunia. Untuk itu, pihaknya juga beberapa kali telah mengusulkan kepada pemerintah untuk memecahkan masalah ini, sehingga eksportir tidak terkendala dalam kegiatan ekspornya.

"Beberapa usulan kami misalnya, eksportir lakukan long term forecast, pemberian fasilitas mempersingkat waktu freetime demurrage untuk peti kemas impor, perubahan tipe kontainer untuk ekspor dan relaksasi biaya pelabuhan untuk repo kontainer kosong, serta mempercepat proses hukum pada kontainer-kontainer yang tertahan kasus hukum," tutupnya.

Selanjutnya: INSA harap pelaut dan pekerja pelabuhan masuk daftar prioritas vaksin Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×