kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Invest Manado raih kesepakatan bisnis US$ 400 juta


Rabu, 24 Mei 2017 / 12:16 WIB
Invest Manado raih kesepakatan bisnis US$ 400 juta


Reporter: Handoyo | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Manado International Conference on Tourism (Invest Manado) menghasilkan kesepakatan bisnis senilai US$ 400 juta atau setara Rp 5,2 triliun.

Kesepakatan tersebut terdiri dari kerja sama investasi antara Penanaman Modal Asing atau (PMA) Tiongkok dengan perusahaan Indonesia terkait pembangunan di Manado Selatan untuk hotel, apartemen, shopping mall dan diving center senilai US$ 200 juta.

Selain itu, ada perluasan investasi kepada PMA Amerika Serikat terkait akomodasi cottage dan pariwisata di Raja Ampat senilai US$ 200 juta.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengemukakan, kesepakatan bisnis yang dihasilkan merupakan salah satu bukti nyata menggeliatnya investasi di sektor Pariwisata Indonesia. "Kesepakatan bisnis dan komitmen investasi yang dihasilkan tersebut merupakan bukti nyata upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi di sektor pariwisata," ujar Thomas, Rabu (24/5).

Menurut Thomas, nilai yang dihasilkan oleh kesepakatan bisnis tersebut diluar dari kesepakatan yang dapat diperoleh dalam kegiatan one on one meeting yang hingga kini telah terkonfirmasi diikuti oleh 37 perusahaan dari Tiongkok, Jepang, Singapura, Australia, Persatuan Emirat Arab, dan Korea Selatan. “Dalam forum one on one meeting mereka akan dipertemukan dengan perusahaan maupun pemerintah daerah secara langsung untuk membahas mengenai minat investasi mereka,” tuturnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, konektifitas menjadi isu penting untuk menopang pertumbuhan sektor pariwisata di Sulawesi Utara (Sulut). “Isu konektifitas tersebut menyangkut One Belt One Road (OBOR) yang dicanangkan oleh Presiden Xi Jinping yang didalamnya terdapat empat komponen utama yakni kawasan industri, pembangunan kota baru, pembangunan airport dan pelabuhan baru serta destinasi pariwisata,” katanya.

Arief menilai potensi konektifitas tersebut akan sangat besar apabila dapat dikapitalisasikan dalam suatu proyek investasi bersama baik dengan Tiongkok maupun dengan investor dari negara-negara lainnya.

“Contohnya untuk rute kapal pesiar (Cruise Ship) bisa dikembangkan dari Bali ke Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, Banggai, Toegan, kemudian ke Bunaken, dilanjutkan ke Morotai, Raja Ampat dan berakhir di Tual,” ungkapnya.

Senada dengan Menteri Pariwisata, Staf Ahli Menteri Perhubungan Wihana Kirana Jaya menyampaikan, bahwa lima isu strategis yang saling terkait dalam melakukan sinergi konektifitas dan pariwisata di Sulawesi Utara adalah perekonomian global, perekonomian Indonesia, konektifitas, sektor pariwisata serta destinasi pariwisata yang dapat diakses dengan mudah.

Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengatakan, kesiapannya untuk memfasilitasi investor di sektor pariwisata yang akan mengembangkan destinasi pariwisata di Sulawesi Utara. “Sulut dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5% sejak 2010 hingga 2016 menunjukkan bahwa perekonomian Sulut sangat prospektif dan menarik bagi investasi baik asing maupun domestik,” ungkapnya.

Mengutip data BKPM, investasi asing (FDI) di sektor pariwisata terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 tercatat investasi di sektor pariwisata hanya US$ 673,1 juta. Tahun 2015 naik tipis menjadi US$ 732,5 juta. Sementara, tahun 2016 meningkat menjadi US$ 1,19 miliar. Pada kuartal pertama tahun 2017, investasi asing di sektor pariwisata mencapai US$ 440 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×