kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jamu & kosmetika perkuat pasar ekspor


Rabu, 02 September 2015 / 06:28 WIB
Jamu & kosmetika perkuat pasar ekspor


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Melemahnya kurs rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS) berdampak positif bagi industri yang memiliki pangsa pasar ekspor. Sektor industri yang berpotensi memperkuat pasar ekspor ini diantaranya adalah, industri jamu dan kosmetika.

Charles Saerang, Ketua Dewan Pengurus Pusat Gabungan Jamu dan Obat Tradisional (GP Jamu) bilang, melemahnya rupiah merupakan kesempatan produsen untuk memperbanyak ekspor. "Ini momentum bagus bagi kami," kata Charles, Selasa (1/9).

Mengacu data Kementerian Perindustrian, total omzet industri jamu tahun 2014 lalu tercatat Rp 15 triliun. Sekitar 5% dari omzet tersebut berasal dari pasar ekspor. Adapun negara tujuan ekspor jamu Indonesia antara lain; kawasan Asia Tenggara, India, Taiwan dan Jepang.

"Meski ini momentum tepat untuk memperkuat pasar ekspor, tetapi pengusaha jamu perlu menambah investasi dan melakukan inovasi guna bisa mengembangkan produk jamu yang menarik," terang Charles.

Tak hanya produsen jamu, produsen kosmetika juga melihat adanya peluang ekspor saat rupiah melemah.

Putri K Wardani, Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAKI) bilang, pelaku industri kosmetika saat ini melirik potensi ekspor kosmetika berbahan herbal. "Masyarakat semakin sadar akan kesehatan, sehingga peluang pasar produk kosmetika herbal dari Indonesia membesar," ujar Putri.

Adapun tujuan ekspor produk kosmetika dari Indonesia adalah, negara yang paling kecil terkena dampak perlambatan ekonomi global. Maklum, kosmetika merupakan produk lifestyle yang yang menjadi bagian dari produk konsumsi.

"Kami akan masuk negara yang paling kecil dampaknya karena krisis ekonomi, seperti di Timur Tengah, Afrika dan Amerika Serikat," ujar Putri.

Walaupun punya kesempatan untuk memperbesar ekspor, namun industri kosmetika sejatinya ikut terkena dampak negatif dari pelemahan rupiah. Dampak negatif ini akan dirasakan oleh industri kosmetika yang memakai bahan baku impor.

Namun, Putri menyatakan, saat ini beberapa pelaku industri kosmetika berupaya melakukan substitusi bahan baku impor. "Kalau di perusahaan saya Mustika Ratu, kami sudah banyak melakukan substitusi bahan baku dari dalam negeri," ujar Putri.

Saleh Husin, Menteri Perindustrian berharap, pelaku industri tidak menyia-nyiakan kesempatan memperbesar ekspor saat rupiah melemah. "Kami akan mendorong industri kosmetik maupun jamu terus meningkatkan ekspor," kata Saleh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×