kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jembatan bagi pengusaha waralaba


Selasa, 29 Agustus 2017 / 09:00 WIB
Jembatan bagi pengusaha waralaba


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Bisnis waralaba berkembang sangat pesat di tanah air. Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) mencatat, saat ini terdapat 700 waralaba, dengan jumlah gerai nyaris mencapai 25.000 outlet tersebar di seluruh Indonesia.

Tentu, pemainnya bukan cuma waralaba asing. Waralaba lokal juga semakin unjuk gigi. Meski dari sisi jumlah, waralaba dari luar negeri masih mendominasi, dua kali lipat lebih dari waralaba dalam negeri.

Nah, berangkat dari semakin berkembangnya merek dagang di negara kita dengan sistem franchise, Vincent dan Niko Riansyah tergerak untuk berkontribusi mengembangkan waralaba lewat teknologi. Dari situlah, mereka mendirikan dan meluncurkan Helo Franchise, Desember 2016 silam, dan beroperasi April 2017 lalu.

Vincent yang kini berperan sebagai Chief Executive Officer (CEO) Helo Franchise, bilang, ada dua faktor yang membuat dirinya dan Niko berani membangun perusahaan rintisan alias start-up tersebut.

Pertama, terinspirasi kisah Niko yang sekarang duduk di kursi Chief Marketing Officer (CMO) Helo Franchise. Sebelumnya, Niko pernah jadi pebisnis waralaba minuman berisi butiran hitam yang padat tapi kenyal (bubble drink).

Tapi, selama perjalanan bisnisnya, banyak sekali hambatan yang Niko temui. Misalnya, cara mengiklankan waralaba miliknya.

“Dari yang memakan biaya cukup besar dengan melakukan pemasangan iklan di situs online. Lalu, tidak ada dukungan pihak ketiga dalam menyediakan sistem terhadap bisnis waralaba,” ungkap Vincent.

Kedua, ide mendirikan Helo Franchise muncul ketika Vincent dan Niko menjalankan bisnis rumah produksi (production house) pembuatan website sistem dan pemasaran digital (digital marketing).

Mereka punya satu klien yang merupakan pebisnis waralaba. Dari klien itu, keduanya melihat banyak sekali hal yang bisa dibuat untuk mendukung bisnis franchise dari segi teknologi.

“Itu yang mendukung kami mendirikan Helo Franchise sebagai portal situs waralaba yang ke depan telah memiliki rencana pengembangan untuk mendukung franchise-franchise di Indonesia,” kata Vincent.

Sejatinya, Vincent mengatakan, Helo Franchise adalah start-up yang bergerak di bidang periklanan dan berita mengenai waralaba. “Bagi pewaralaba yang ingin bergabung, cukup daftar, masukkan profil waralaba, dan informasi waralaba akan tayang langsung,” ujar peraih gelar master of management information system dari Binus University ini.

Pemilik waralaba (franchisor) bisa langsung membagikan halaman tersebut tanpa harus membuat sebuah situs sendiri. Sedang para pencari waralaba (franchisee) pun bisa memperoleh informasi yang sudah sangat lengkap untuk pertimbangan memilih waralaba.

Helo Franchise juga menyajikan berita bisnis dan waralaba. Selain itu, ada tip seputar peluang usaha bisnis serta waralaba di Indonesia.

Mereka membagi berita dalam enam kategori, yakni Zona Bisnis, Tokoh Inspirasi, Franchise Tips, Franchise Review, Marketing Trend, dan Franchise Event.

Modal untuk membangun Helo Franchise hasil dari kocek pribadi Vincent dan Niko. Kurang lebih Rp 50 juta, yang sebagian besar digunakan untuk kebutuhan server dan menyewa tempat di kompleks Ruko Boulevard, Gading Serpong, Tangerang.

Untuk pengeluaran tambahan, Vincent dan Niko masih kerap merogoh dari kocek sendiri. Salah satunya buat membayar gaji karyawan. Guna menghemat pengeluaran, mereka mengambil pekerja lepas untuk membantu kegiatan promosi Helo Franchise.

Sampai saat ini, Helo Franchise baru memiliki lima karyawan aktif, terdiri dari content writer, business development, dan designer. Vincent sendiri fokus dalam pengembangan teknologi dan bisnis. Sementara untuk operasional dari pemasaran, penjualan, konten, dan fitur menjadi urusan Niko.

Target profit

Sebenarnya, Niko mengungkapkan, Helo Franchise sudah mengantongi pemasukan dari fitur iklan. Namun, program ini baru berlangsung dua bulan terakhir sehingga belum bisa menghasilkan keuntungan untuk Helo Franchise.

Targetnya, Helo Franchise bisa mendapat profit dalam satu tahun ke depan. “Karena, tahun ini memang fokus mengajak waralaba bisa mendaftarkan merek mereka, walaupun sudah dapat pemasukan dari iklan dan upgrade membership,” ujar Niko yang merupakan lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Sahid, Jakarta.

Meski bagi waralaba yang ingin mendaftar di awal tak dipungut biaya, Helo Franchise menawarkan paket-paket agar bisa memperoleh fitur yang lebih baik untuk profil perusahaanya. Sebagai info saja, bagi waralaba yang mendaftar gratis baru bisa memanfaatkan fitur live chat dan promo.

Ada tiga paket upgrade membership yang Helo Franchise tawarkan.

Pertama, start-up membership dengan biaya sebesar Rp 500.000 per tahun.

Kedua, business membership dengan tarif Rp 2,5 juta per tahun.

Ketiga, enterprise membership berbiaya Rp 5 juta per tahun.

“Dari 29 waralaba yang bergabung di kami, baru lima yang melakukan upgrade membership. Dua start-up membership dan tiga business membership,” beber Niko.

Selain bisa menemukan 29 waralaba di Helo Franchise, lewat situs ini pengunjung juga bisa membaca 676 katalog franchise berupa informasi singkat tentang waralaba. Dan, bagi yang tertarik menjalin kerjasama dengan para pemilik waralaba, Helo Franchise tak memungut biaya apapun.

Niko mengklaim, banyak yang tertarik dengan waralaba yang ada di situs Helo Franchise, helofranchise.com. Sejak April lalu, sudah ada 50 franchisee yang sudah mengajukan diri untuk berkongsi.

Bahkan selama Juli lalu, Helo Franchise mendapatkan interaksi lebih dari 10.000 pengunjung. Padahal, startup ini tidak memasang iklan sama sekali mengenai Helo Franchise di manapun dan hanya memanfaatkan pencarian Google.

Tak hanya mengandalkan iklan dan upgrade membership untuk pemasukan, Helo Franchise juga sedang gencar mencari pendanaan buat pengembangan usaha. Selain memasukan proposal ke berbagai perusahaan, mereka juga mengikuti startup challenge.

Fasilitas pinjaman

Bagaimana, Anda tertarik mendaftarkan waralaba Anda? Atau, justru tertarik menjadi franchisee?

Bagi Anda yang mau menjadi terwaralaba tapi dananya tak memadai, Helo Franchise menjembatani franchisee dengan lembaga peminjaman modal. “Kami kerjasama dengan Kredivo, aplikasi pinjaman tanpa kartu kredit. Ini baru akan dimulai pertengahan Agustus,” kata Niko.

Cukup dengan mengisi formulir yang ada di situs Helo Franchise akan membantu terwaralaba mengajukan pinjaman ke Kredivo. Enggak butuh waktu lama, hanya sekitar 24 jam, franchisee bisa langsung mengetahui, apakah pinjamannya disetujui atau tidak.

Jika memang terjadi kesepakatan pinjaman antara terwaralaba dan Krediivo, Helo Franchise hanya akan mengenakan biaya 2,5% dari nilai kredit. “Soalnya, kami lihat banyak orang ingin usaha tapi kesulitan melakukan peminjaman ke bank. Jadi, kami berusaha memfasilitasi itu,” tambah Niko.

Dengan kehadiran fitur ini, Helo Franchise mengklaim sebagai situs waralaba pertama yang memberikan layanan pinjaman usaha dengan cicilan hingga 12 bulan. Tentu, pilihan merek franchise yang sudah terdaftar di web mereka.

Kelak, bila sudah mendapat suntikan modal, Niko menuturkan, Helo Franchise bakal mengembangkan bisnis lain. Misalnya, menghubungkan pewaralaba dengan terwaralaba dalam distribusi bahan baku lewat helofranchise.com. Sehingga, terwaralaba bisa memperoleh bahan baku yang sesuai standar waralaba dengan mudah.

Jelas, yang namanya berbisnis punya peluang dan tantangan. Vincent optimistis, Helo Franchise bakal menjadi pemimpin pasar (market leader) yang signifikan di bisnis ini.

“Saat ini, cukup banyak pesaing kami di bidang yang serupa, namun tidak ada yang cukup memanfaatkan teknologi di bisnis ini. Helo Franchise memberikan penawaran menarik berupa pendaftaran merek franchise secara gratis untuk tayang di helofranchise.com yang tidak ditawarkan oleh pesaing kami,” klaim dia.

Niko menambahkan, tantangannya justru dari pemilik waralaba yang belum terbiasa menulis konten miliknya. Biasanya, mereka hanya memberikan konten ke situs iklan.

“Tujuan kami sebetulnya adalah mengedukasi para pemilik waralaba, agar bisa memasukan informasi waralabanya sendiri ke situs kami biar bisa sesuai harapan mereka,” ucap Niko.

Siapa mau bergabung?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×