kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kalla Group garap PLTA Rp 11 triliun


Senin, 25 Maret 2013 / 07:30 WIB
Kalla Group garap PLTA Rp 11 triliun
ILUSTRASI. Cek harga mobil bekas Honda CR-V ramah dompet per Oktober 2021, hanya Rp 60 jutaan. KONTAN/Muradi/10/10/10


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Amailia Putri

JAKARTA. Kalla Group telah menyiapkan sejumlah agenda ekspansi untuk tahun ini. Salah satunya adalah pengembangan bisnis di sektor energi, yakni berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Fatimah Kalla, Direktur Utama Kalla Group mengatakan, selain proyek PLTA Poso, pihaknya juga telah mengantongi izin untuk membangun beberapa proyek PLTA lainnya. Total nilai proyek beberapa PLTA tersebut lebih dari US$ 1 miliar.

Proyek-proyek PLTA yang bakal digarap tahun ini adalah PLTA Poso III di Sulawesi Tengah, PLTA Mamuju di Sulawesi Barat, dan PLTA Kerinci yang berlokasi di Jambi. Pada proyek PLTA Poso, melalui anak usahanya, Poso Energy, Kalla Group akan membangun satu pembangkit lagi dengan kapasitas 65 mega watt (MW).

Untuk proyek di Poso, grup bisnis milik keluarga mantan wakil presiden Jusuf Kalla ini, mendapat mandat untuk membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 3 x 65 MW. Total nilai investasi untuk proyek ini mencapai lebih dari Rp 3 triliun. Adapun, pembangunan PLTA tahap satu dan dua telah rampung.

Proyek berikutnya adalah PLTA di Mamuju. "Kapasitas (PLTA) untuk proyek di Mamuju ini sebesar 300 mega watt," ujar Fatimah kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Fatimh menaksir, proyek pembangkit listrik di Mamuju ini akan menghabiskan dana hingga Rp 6 triliun. Saat ini, Kalla Group mulai melakukan persiapan infrastruktur, khususnya pembukaan jalan.

Megaproyek lainnya adalah PLTA di Kerinci. Kapasitasnya sebesar 150 MW. Dengan nilai investasi US$ 1,5 juta hingga US$ 2 juta per megawatt, proyek yang satu ini bakal menelan biaya sekitar US$ 225 juta sampai US$ 300 juta. Nilai itu setara dengan Rp 2,18 triliun-Rp 2,91 triliun (asumsi
Rp 9.700 per dollar AS).

Fatimah bertutur, pihaknya memang hanya tertarik untuk proyek pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan. Oleh karena itu, Kalla Energy tidak berminat untuk menggarap pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara. Ia beralasan, "Sumber untuk air itu kan banyak, kalau batubara suatu saat akan habis."

Soal sumber pendanaan, Kalla Group mengaku tidak kesulitan. Menurut Fatimah, Kalla Group telah mendapat sokongan dana dari sejumlah bank dan lembaga keuangan dalam negeri. "Tidak ada bank asing," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×