kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kata analis tentang kas emiten konstruksi BUMN


Rabu, 06 Desember 2017 / 22:29 WIB
Kata analis tentang kas emiten konstruksi BUMN


Reporter: Riska Rahman | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, saham konstruksi pelat merah mencatat pertumbuhan negatif. Para pelaku pasar nampaknya mengkhawatirkan kondisi kas operasional para emiten tersebut.

Bagaimana tidak, para emiten konstruksi BUMN seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatat arus kas operasional yang minus berkat kontrak turnkey. Padahal, arus kas operasional jadi penentu apakah si emiten mampu membiayai proyek yang mereka kerjakan.

Hal ini jelas membuat para pelaku pasar waswas memegang saham-saham tersebut. Saham emiten konstruksi ini pun akhirnya ditinggalkan, menjadikan saham mereka memerah sejak awal tahun.

Namun, Analis Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan seharusnya pelaku pasar tak perlu khawatir soal hal ini. "Kontrak mereka kan masih tetap berjalan, tidak ada yang mangkrak sehingga investor tak perlu khawatir," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (6/12).

Investor pun tak bisa hanya memperhatikan laporan keuangan emiten konstruksi milik negara dari satu sisi saja. Mereka harus memperhatikan berbagai aspek kinerja lain untuk bisa menentukan apakah para emiten konstruksi masih mampu bertahan meski kas operasional mereka minus.

Lagipula, kas operasional emiten konstruksi itu pun bisa ditutup dengan pinjaman atau aksi korporasi lainnya seperti penerbitan obligasi atau rights issue. Dengan begitu, mereka tetap bisa menyelesaikan proyeknya dan mampu memperoleh pembayaran ketika proyek itu selesai.

Terkait kondisi saham konstruksi milik pemerintah yang terus memerah, William memandang hal tersebut disebabkan oleh model bisnis emiten konstruksi yang bersifat jangka panjang.

"Bisnis mereka itu sistemnya kontrak jangka panjang sehingga tak mudah bergerak kalau ada pergolakan seperti nilai tukar, misalnya. Beda dengan model bisnis saham konsumer yang kinerjanya bisa langsung naik ketika rupiah menguat lantaran berkurangnya beban pokok penjualan," paparnya.

Untuk itu, ia menyarankan untuk menjadikan saham-saham emiten konstruksi pelat merah ini sebagai pilihan investasi jangka panjang. Kondisi saham mereka yang terus menurun pun bisa dijadikan momentum bagi para investor jangka panjang untuk masuk ke saham konstruksi BUMN seperti WIKA, PTPP, dan ADHI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×