kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebijakan China menghantam harga aluminium


Kamis, 09 Agustus 2018 / 06:58 WIB
Kebijakan China menghantam harga aluminium
ILUSTRASI. Aluminium batangan


Reporter: Michelle Clysia Sabandar | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banjir produksi membuat harga aluminium kembali masuk tren bearish. Selasa (7/8), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melemah 0,24% jadi US$ 2.038 per ton dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan pun, harganya anjlok 2,07%.

Analis Asia Tradepoints Futures Andri Hardianto mengatakan, pelemahan aluminium terjadi setelah produksi dan ekspor aluminium China meningkat. "Kenaikan terjadi karena smelter di China mulai berproduksi dan ini membuat cadangan aluminium global bertambah dan akhirnya malah menekan harga," jelas dia, Rabu (8/8).

Kenaikan produksi akhirnya membuat ekspor China menggendut. Data dari Biro Bea Cukai China mencatat, ekspor aluminium Negeri Tirai Bambu Juli lalu naik menjadi 519.000 ton. Ini adalah level tertinggi sejak Desember 2014. Bahkan, dalam tujuh bulan pertama 2018, ekspor aluminium China melonjak 14% menjadi 3,23 juta ton.

Menurut Andri, kenaikan ekspor China memang disengaja. Pasalnya, China ingin mengisi pasar global yang diperkirakan bakal kekurangan pasokan aluminium saat United Co Rusal menjalani sanksi dari pemerintah Amerika Serikat. Asal tahu saja, Rusal merupakan perusahaan aluminium terbesar dunia.

Sayangnya, kenaikan ekspor China ini malah dilakukan saat Rusal belum berhenti berproduksi. Alhasil, banjir pasokan aluminium terjadi di pasar global.

Selain untuk ekspor, kenaikan produksi di China juga untuk antisipasi menghadapi musim dingin. Biasanya, smelter aluminium tidak berproduksi saat musim dingin.

Karena itu, Andri masih melihat, aluminium ada dalam tren bearsih. Ia pun memprediksi hari ini harga aluminium akan bergerak dalam rentang US$ 2.030–2.060 per ton. Sedangkan dalam sepekan ke depan, harga aluminium akan menjajal kisaran US$ 2.020–2.070 per ton.

Secara teknikal, Andri mengatakan, harga aluminium berada di bawah moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Indikator ini memberikan indikasi harga ada dalam tren menurun. Serupa, indikator moving average convergence divergence (MACD) pun berada di posisi negatif, yang mengindikasikan jual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×