kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kedai sushi Jepang kurang nendang


Senin, 22 Mei 2017 / 15:10 WIB
Kedai sushi Jepang kurang nendang


Reporter: Danielisa Putriadita, Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Dari sekian banyak menu makanan Jepang, sushi termasuk yang paling populer di Indonesia. Terbukti, semakin banyak pelaku usaha di Indonesia yang menjajakan sushi. Bahkan, banyak dari mereka menawarkan waralaba atau kemitraan untuk membesarkan usahanya.

Namun, banyaknya pemain membuat persaingan bisnis sushi semakin sengit. Ini terlihat dari perkembangan bisnis kemitraan sushi yang mulai tersendat.

Dalam review kali ini, KONTAN mengupas perkembangan usaha kemitraan sushi, seperti Sushi Queen, Ike Sushi dan D’fried Sushi. KONTAN pernah mengulas tawaran usaha mereka di tahun lalu. Nah, dari tiga pemain bisnis sushi itu, beberapa stagnan bahkan ada yang mengalami kemunduran.

Seperti apa persisnya perkembangan usaha mereka, berikut ulasannya:

Sushi Queen

Usaha besutan Poppy Pratiwi ini berdiri sejak 2013. Saat KONTAN mengulas kemitraan ini tahun lalu, Sushi Queen belum memiliki mitra. Satu tahun berselang, Sushi Queen belum juga memiliki mitra.

Sedangkan gerai milik pusat berjumlah dua di Pekanbaru.Poppy mengaku, belum berhasil menjaring mitra karena belum terlalu fokus mengembangkan konsep kemitraan.

Meskipun, saat tawaran dibuka sudah ada beberapa calon mitra yang tertarik bergabung, Poppy tidak bisa langsung merespon. "Saat saya menawarkan kemitraan, beberapa bulan setelahnya saya hamil dan fokus saya untuk proses melahirkan," katanya.

Hingga saat ini, Poppy masih membuka tawaran kemitraan Sushi Queen. Bila ada calon mitra yang berminat bergabung, Poppy mengaku siap untuk mengurus bisnisnya kembali.

Paket investasi dalam tawaran tetap dihargai Rp 45 juta. Mitra yang bergabung akan mendapatkan satu unit rice cooker, satu set unit container, dua wajan, serta perlengkapan usaha lainnya. Sementara, booth menjadi tanggung jawab mitra untuk menyediakan. Biaya ini sudah termasuk franchise fee selama tiga tahun. "Kami tidak menetapkan biaya royalty," jelasnya.

Namun, mitra wajib membeli bahan baku ke pusat. Yaitu, beras sushi, saus sushi, seafood dan bahan lain seperti keju, inari, dan edamame. Untuk mendapatkan keempat bahan baku itu, mitra harus membayar Rp 10 juta sampai Rp 30 juta. 

"Modal bahan baku itu masih tergantung pada berapa varian yang dijual dan untuk jangka waktu berapa lama, mitra bebas memilih ingin jual semua varian atau tidak," tuturnya.

Sushi Queen menjajakan 70 varian sushi yang dijual dengan sistem ecer dan paket untuk acara ulang tahun atau pernikahan. Harga eceran dibanderol mulai Rp 4.000 sampai Rp 32.000. Sementara untuk penjualan paket dihargai mulai Rp 24.000 sampai Rp 198.000.

Poppy mengklaim, usaha sushi miliknya masih memiliki pasar yang bagus di Pekanbaru. "Omzet dari dulu sampai sekarang masih oke," kata Poppy. Ia menyebut, dalam sehari bisnisnya dapat meraup omzet minimal Rp 1 juta.

Dengan omzet di kisaran itu, ia pun menargetkan mitra bisa mengembalikan modalnya selama tiga bulan sampai enam bulan. "Semua tergantung mitranya," tuturnya.

Untuk memasarkan produknya, ia juga gencar berjualan online melalui akun Instragram @sushiqueenpekanbaru dan rajin membuka gerai di bazaar.

D'Fried Sushi

Pelaku usaha lainnya adalah Indra Wahyudin di Bekasi. Mendirikan gerai sushi dengan merek D'Fried Sushi pada Oktober 2015, Indra berani menawarkan kemitraan pada 2016. Saat diulas KONTAN Januari 2016, belum ada mitra yang bergabung.

Saat ini, sudah ada lima mitra di Bogor, Jakarta Selatan, Bandung dan Sumedang yang bergabung. Sementara dua gerai pusat ada dua di Bekasi. "Rencana tahun ini opening lagi di Depok," ujar Indra.

Tidak hanya penambahan gerai mitra, salah satu paket investasi yang ditawarkan pun bertambah. Sebelumnya, ada paket senilai Rp 20 juta. Kini nilai investasi meningkat jadi Rp 25 juta. Mitra mendapat booth, bahan baku awal, peralatan usaha, banner, pelatihan karyawan dan SOP.

Sementara paket lain senilai Rp 60 juta masih ditawarkan bagi mitra. Bedanya mitra yang memilih paket Rp 60 juta akan mendapat booth ukuran lebih besar untuk lokasi di ruko. Indra mengatakan, kenaikan paket pertama karena merek D'Fried Sushi sudah cukup dikenal, juga bantuan marketing melalui Go-Food yang sudah diatur oleh pusat.

Kemitraan ini tidak mengutip biaya royalti ke mitra. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. Ada empat tipe sushi dengan 30 lebih varian menu yang ditawarkan. Empat tipe sushi itu adalah fried sushi, authentic roll, fushion roll dan gunkan.

Dari empat tipe itu, varian sushi yang bisa dipilih antara lain dfried katsu roll, dfried salmon roll, dfried tuna roll, spesial dfried roll dan banyak lainnya. Harga jual berkisar antara Rp 13.000 hingga seharga Rp 30.000 per porsi.

Indra mengaku, harga jual tersebut tidak mengalami kenaikan. Ia menargetkan, mitra usaha bisa mengantongi rata-rata pendapatan minimal senilai Rp 12 juta sampai dengan Rp 15 juta per bulan. Dari situ balik modal mitra sekitar tujuh sampai setahun.

Meski kemitraan D'Fried Sushi mulai berkembang, Indra mengaku tetap ada kendala dalam menjalani bisnis kemitraan ini. Salah satunya adalah sulitnya mitra usaha mendapatkan lokasi usaha strategis. Namun, pusat sendiri tidak keberatan untuk membantu mencarikan mitra lokasi usaha.

Rencana ke depan, Indra berharap bisa menggandeng lima mitra baru dan memasukkan menu makanan dan minuman baru di gerai mitra. "Selanjutnya ingin memasukkan menu mi ramen dan beberapa jenis minuman baru di gerai mitra," tuturnya. Karena pasarnya menjanjikan, ia mengaku optimistis semua target itu bakal tercapai.

Ike Sushi

Sama halnya dengan Sushi Queen, usaha sushi asal Palembang ini juga tidak berjalan dengan baik. Sebelumnya, KONTAN sempat mengulas usaha ini pada Februari 2016 lalu, saat itu jumlah gerai milik pusat ada dua dan satu milik mitra.

Setahun lebih, dua gerai milik pusat ditutup karena pendapatannya terus menurun. Nanda Sugiono Head of Operation Ike Sushi mengaku, turunnya omzet karena terdampak pembangunan Light Rail Transit (LRT). "Lagi pula pasar sushi saat ini sudah jenuh karena kalah dengan makanan Korea," katanya pada KONTAN, Selasa (9/5).

Tidak ingin putus asa, saat ini Nanda memilih fokus mengembangkan usaha makanan asal negeri sakura tersebut di Jakarta dengan pertimbangan jumlah konsumen serta daya beli yang lebih besar.

Dari segi produk ada penambahan sembilan menu baru yang bercitarasa pedas. Jadi, total menu yang dijual ada 29 menu, dengan harga jual mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 45.000 per porsi.

Agar terlihat lebih menarik, sejak pertengahan tahun lalu Ike Sushi menurunkan paket investasinya dari Rp 180 juta menjadi Rp 15 juta sampai

Rp 25 juta (sesuai lokasi).

Nanda menjelaskan, penurunan bisa ini sengaja dipilih agar dapat disesuaikan dengan modal calon mitra. Dengan modal tersebut mitra hanya mendapatkan hak guna merek, resep, dan sistem.

Sepanjang tahun ini, Nanda memasang target mendapatkan lima mitra baru. Lainnya, kini dia juga menjajal bisnis baru yaitu pempek dengan merek Pempek Sultan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×