kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45929,31   1,67   0.18%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin genjot efisiensi energi sektor industri


Selasa, 16 Juli 2013 / 13:23 WIB
Kemenperin genjot efisiensi energi sektor industri
ILUSTRASI. Pembelian bersih (net buy) investor asing mencapai Rp 7,62 triliun pada periode perdagangan 7-11 Februari 2022.


Reporter: Erika Anindita | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah telah menargetkan pertumbuhan industri bisa memberikan kontribusi sebesar 30% terhadap PDB nasional pada tahun 2025.

Sejalan dengan target tersebut, kebutuhan energi di masa depan, dipastikan akan terus bertambah. "Energi telah menjadi kebutuhan dasar dalam pembangunan industri. Karena itu, pemenuhan energi untuk mencapai target pertumbuhan industri menjadi sangat penting," kata, Menteri Perindustrian Mohammad S Hidayat, Selasa (16/7).

Seperti diketahui, energi fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam masih menjadi sumber energi utama di Indonesia. Ketiga sumber energi ini tidak bisa diperbarui dan keberadaannya semakin menipis.

Di sisi lain, ketersediaan sumber energi terbarukan jumlahnya kecil (5%), seperti biomassa, tenaga air skala kecil, tenaga surya, dan tenaga angin.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemeritnah (PP) Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi yang mengharuskan perusahaan pengguna energi yang mengonsumsi lebih dari atau sama dengan 6.000 TOE (ton oil equivalent) per tahun, wajib mengadakan audit energi berkala.

Kementerian Perindustrian memiliki strategi konservasi energi, yang diutamakan bagi industri padat energi. Ada 7 sektor industri yang termasuk dalam industri padat energi, yakni industri pupuk, pulp dan kertas, tekstil, semen, baja, keramik, dan industri pengolahan kelapa sawit.

"Program efisiensi energi merupakan prioritas pengembangan industri seperti pengembangan kendaraan bermotor dengan teknologi emisi karbon rendah seperti mobil elektrik, hybrid, dan bio fuel yang akan mengurangi emisi sekaligus menghemat BBM," tutur Hidayat.

Penggunaan energi yang besar di Indonesia, antara lain industri baja, yang angka konsumsinya mencapai 900 kWh/ton produk. Bandingkan dengan India yang hanya sebesar 600 kWh/ton produk atau Jepang 350 kWh/ton produk.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×