kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan tarif bikin peritel panas dingin


Rabu, 04 Januari 2017 / 11:00 WIB
Kenaikan tarif bikin peritel panas dingin


Reporter: Ramadhani Prihatini, Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Memasuki tahun 2017 ini, wajah para peritel harap-harap cemas. Rentetan kenaikan tarif layanan publik, seperti pencabutan subsidi listrik golongan 900 volt ampere (VA) hingga kenaikan cukai rokok rata-rata 10,54% bisa membuat daya beli konsumen menjadi tambah loyo.

Satria Hamid, General Manager Corporate Communications Transmart Carrefour, menyayangkan, kebijakan pemerintah ini bisa mempengaruhi penjualan peritel. Apalagi di kuartal I biasanya penjualan ritel cenderung stagnan.

"Momentum Imlek sedikit membuat geliat di Januari ini, setelah itu pasar ritel akan cenderung stagnan hingga nanti menjelang Lebaran," tuturnya kepada KONTAN, Selasa (3/1).

Kenaikan tarif membuat konsumen akan menghitung ulang anggaran rumah tangga mereka Sebagai langkah antisipasi, Transmart Carrefour akan bekerjasama dengan para pemasok supaya bisa menjaga harga barang.

Caranya, mempercepat perputaran barang dengan margin tipis, sebagai langkah antisipasi supaya barang cepat laku.

Kuartal I bisa positif

Hampir senada, Aloysius Santosa, Hubungan Investor PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), juga mengakui bila penjualan ritel di kuartal I ini tidak terlalu bagus. "Penjualan Ramayana di kuartal I biasanya cenderung rendah," tuturnya, kepada KONTAN.

Ia sepakat, faktor Imlek bisa menjadi stimulus penjualan di Januari ini. Meski begitu, Ramayana tidak akan tinggal diam. Peritel ini akan terus berupaya mendongkrak penjualan di periode awal tahun 2017. Salah satu caranya adalah tetap mempertahankan harga jual.

"Selain itu juga tetap menjalankan program promosi dan produktivitas untuk mengimbangi kenaikan biaya operasional," jelas Aloysius.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey bilang, sebetulnya pencabutan subsidi listrik pelanggan 900 VA tidak begitu mempengaruhi penurunan daya beli. Soalnya, kebanyakan pelanggan di segmen tersebut dari golongan menengah, bukan menengah bawah.

Lain cerita bila kenaikan tarif listrik berbarengan dengan lonjakan tarif semua komponen energi, seperti bahan bakar minyak. Untuk itu ia optimistis, bisnis ritel di kuartal I bisa positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×