kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KRAS andalkan blast furnace untuk efisiensi


Rabu, 12 November 2014 / 17:37 WIB
KRAS andalkan blast furnace untuk efisiensi
ILUSTRASI. Salah satu ciri olive oil yang berkualitas adalah yang memiliki botol gelap


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Sampai kuartal tiga tahun ini, belanja modal PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) sudah terserap US$ 209 juta. Direktur Keuangan KRAS Sukandar memperkirakan, sampai akhir tahun diperkirakan belanja modal yang terserap mencapai sekitar US$ 350 juta.

Dalam paparan publiknya, Rabu (12/11), Sukandar mengatakan, belanja modal tersebut merupakan total belanja KRAS secara konsolidasi dari 10 anak perusahaan. Belanja modal banyak diserap dari pembangunan blast furnace untuk pabrik Krakatau Steel.

Untuk belanja modal tahun depan adalah sekitar US$ 275 juta, meneruskan investasi atau belanja modal tahun ini seperti blast furnace. "Ekspansi kami itu multiyears, jadi belanja modal yang ada itu berkelanjutan," terang Sukandar.

Blast furnace merupakan pabrik pengolahan energi. Bila sudah beroperasi blast furnace berfungsi untuk menurunkan biaya bahan baku, mengurangi konsumsi listrik, menyeimbangkan fasilitas produksi hulu dan hilir.

Sampai akhir triwulan tiga, pembangunan blast furnace sudah mencapai 62,40%. Dengan kapasitas produksi 1,20 juta ton per tahun, fasilitas ini ditargetkan beroperasi pada semester kedua 2015. "Apabila sudah beroperasi, blast furnace bisa menurunkan biaya produksi US$60 - US$80 per ton," ujar Irvan Kamal Hakim, Presiden Direktur KRAS.

Efisiensi memang jadi agenda utama dalam operasional KRAS. Pasalnya sampai dengan akhir triwulan ketiga tahun ini perusahaan mencatat kerugian US$ 117 juta, meningkat 10 kali lipat dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 10 juta.

Kerugian ini disebabkan penurunan pendapatan, pelemahan kurs rupiah terhadap dollar dan membanjirnya impor baja. Sampai dengan akhir kuartal ketiga tahun ini perusahaan mencatat penjualan US$ 1,36 miliar, merosot 13,39% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 1,57 miliar.

Selain penurunan harga, penurunan pendapatan juga didorong oleh penurunan volume penjualan. Harga jual baja perusahaan merosot 3,13% di angka US$ 653 per ton dari periode yang sama tahun lalu US$ 674 per ton. Harga baja turun karena pasokan baja dunia berlebih.

Sementara itu penurunan volume penjualan sebesar 4,63%. Pada sembilan bulan pertama, perusahaan mencatat volume penjualan 1,71 juta ton, menurun dari periode yang sama tahun lalu 1,80 juta. Penurunan volume penjualan karena makin membanjirnya impor baja.

Perusahaan juga harus menghadapi beban kurs. Pasalnya bahan baku produksi berupa biji besi masih impor dan energi seperti gas alam juga menggunakan kurs dollar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×