kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kuartal I, Ekspor Tembakau Makin Ngebul


Senin, 14 Juni 2010 / 15:46 WIB
Kuartal I, Ekspor Tembakau Makin Ngebul


Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Ekspor tembakau pada kuartal pertama 2010 membukukan peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan, volume ekspor tembakau pada Januari hingga April 2010 sebesar 46.341,6 ton, naik sekitar 18% dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu 39.191,5 ton.

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi memperkirakan, meningkatnya ekspor di kuartal pertama tahun ini akibat tingginya permintaan tembakau dari China. Pasalnya perekonomian negeri tirai bambu tersebut tumbuh pesat. Sehingga sektor industri, termasuk rokok, pun ikut tumbuh.

Tak hanya China, nyatanya Spanyol pun ikut memborong tembakau Indonesia. “Saya mendengar dari para anggota, ada beberapa perusahaan rokok Spanyol yang membeli tembakau secara besar-besaran, tapi saya tidak tahu berapa volume pastinya,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Budidoyo, Senin (14/6).

Selain volume ekspor yang meningkat, harga tembakau per kilogram juga ikut mumbul dari US$ 4,8 per kg menjadi US$ 5,4 per kg. Itu sebabnya, nilai ekspor pada kuartal pertama tahun ini pun ikut terdongkrak menjadi US$ 250.818.235 dari kuartal yang sama tahun lalu sebesar US$ 188.136.163.

Kinerja ekspor tembakau yang positif pada kuartal pertama tahun 2010 tersebut seperti mementahkan rekmomendasi kerangka kerja konvensi pengendalian tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang merupakan bagian dari organisasi kesehatan dunia WHO.

Sekadar menyegarkan ingatan, rekomendasi itu berisi pelarangan penggunaan bahan kandungan yang digunakan dalam pembuatan produk tembakau yang mengarah pada pelarangan rokok kretek. Jika rekomendasi itu terlaksana, maka nasib para petani tembakau dunia pun berada di ujung tanduk.

Dengan adanya FCTC tersebut Indonesia berpotensi kehilangan pasar ekspor rokok kreteknya. Padahal, ekspor rokok kretek Indonesia pada tahun lalu berkisar US$450 juta dengan pasar terbesar adalah AS, Eropa dan sejumlah negara lainnya.

Menurut António Abrunhosa, CEO The International Tobacco Growers’ Association (ITGA), pasar rokok kretek mencapai hampir setengah dari pasar rokok dunia. Jika dilarang, maka nasib jutaan petani tembakau di dunia akan terancam karena kehilangan pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×