kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba HM Sampoerna kuartal I-2018 tergerus cukai


Jumat, 27 April 2018 / 18:44 WIB
Laba HM Sampoerna kuartal I-2018 tergerus cukai
ILUSTRASI. Rokok PT HM Sampoerna Tbk


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten konsumer, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) masih diliputi tantangan tahun ini. Pengeluaran untuk cukai memberatkan kinerja bottom line perusahaan. Boleh jadi penjualan rokok meningkat, namun cukai yang lebih besar pada akhirnya menekan laba bersih.

Sampai kuartal I-2018, HMSP membukukan laba bersih sebesar Rp 3,03 triliun. Pencapaian ini menurun 7,86% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,29 triliun.

Meski laba bersih tertekan, sejatinya kinerja pendapatan HMSP bertumbuh. Hal itu terlihat dari pendapatan kuartal I-2018 sebesar Rp 23,14 triliun, naik 2,48% dari pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya sejumlah Rp 22,57 triliun.

“Kami masih optimistis tahun ini, meski industri penuh tantangan,” kata Mindaugas Trumpaitis, Direktur Utama HMSP di Jakarta, Jumat (27/4).

Seiring peningkatan pendapatan, HMSP mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 5,19% year on year (yoy) menjadi Rp 17,64 triliun. 

Pada pos pita cukai, HMSP merogoh pengeluaran sebesar Rp 13,11 triliun, meningkat 7,94% yoy dari sebelumnya Rp 12,14 triliun. Pita cukai atas barang yang terjual oleh perusahaan itu, termasuk pita cukai atas barang dagangan yang dibeli dari PT Philip Morris Indonesia yang telah terjual.

Dia menyampaikan, pada tahun lalu, kinerja industri rokok masih tertekan sejumlah faktor. Diantaranya indikator-indikator ekonomi yang positif menuju akhir tahun, namun belum tercermin pada konsumsi ritel. Selain itu, kenaikan harga yang dipicu oleh kenaikan pajak cukai yang lebih tinggi dari tingkat inflasi. “Juga faktor kompetesi yang intens,” papar Mindaugas.

Pada kuartal I-2018, volume industri rokok Indonesia turun sebesar 2,3%. Sebagian besar mencerminkan kondisi belanja konsumen yang menurun. Selain juga karena adanya kenaikan harga jual. Kenaikan harga dipicu oleh kenaikan pajak cukai yang lebih tinggi dari tingkat inflasi. Untuk tahun ini perusahaan mengantisipasi penurunan industri sebesar 1% hingga 3%.

Perusahaan mengklaim memiliki pangsa pasar sebesar 33% dan volume penjualan tahunan sebesar 101,3 miliar batang. Pangsa pasar tersebut, mencakup segmen sigaret kretek mesin (SKM) sebesar 22,7%, segmen sigaret kretek tangan (SKT) sebesar 6,6%, dan sigaret putih mesin (SPM) sebesar 3,7%.

Sedangkan sampai dengan kuartal I-2018, terjadi perubahan market share. Pangsa pasar penjualan SPM sebesar 3,1%, SKM low tar sebesar 18,7%, SKM high tar sebesar 4,8%, dan SKT sebesar 6,6%.

Sampai dengan kuartal I-2018, HMSP mengkalim terjadi kenaikan pangsa pasar menjadi 33,2% dengan penjualan 23 miliar batang rokok. Hal ini juga didorong oleh kinerja yang kuat dari Marlboro Filter Black, serta Dji Sam Soe Magnum Mild, SKM dengan rasa yang lebih ringan hasil pengembangan lini merek Dji Sam Soe, yang diluncurkan pada Mei 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×