kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju layar bisnis TPMA masih pelan


Senin, 30 November 2015 / 10:51 WIB
Laju layar bisnis TPMA masih pelan


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk menilai laju bisnis pelayaran tahun depan masih belum bisa membaik dari tahun ini. Karena itu, perusahaan pelayaran komoditas ini hanya mematok pertumbuhan pendapatan sebesar 5%-10% dari tahun ini. 

Target ini pun ada syaratnya, yaitu harga minyak dan sejumlah komoditas tidak turun lagi tahun depan. "Secara bisnis, tahun depan lebih ramai. Bulan November - Desember ini sudah mulai banyak permintaan," kata Rudy Sutiono, Direktur PT Trans Power Marine Tbk, kepada KONTAN, Jumat (27/11).

Namun, ia masih belum bisa memproyeksikan kontrak pekerjaan tahun depan. Pasalnya, pasar saat ini masih menunggu perbaikan ekonomi sehingga perusahaan masih belum banyak ekspor. Apalagi, saat ini tren kontrak pengiriman batubara memakai kapal tunda dan tongkang berubah.

Sudah tidak banyak perusahaan yang berani melakukan kontrak jangka panjang hingga kurun waktu lima tahun dengan perusahaan pelayaran. Rata-rata sampai dua tahun saja. "Siapa yang bisa pastikan harga komoditas akan seperti apa," imbuhnya.

Tahun ini, Trans Power Marine tidak bisa mempertahankan pencapaian bisnis tahun lalu. Perusahaan ini memang banyak mendapat order angkutan dari PLTU, yang secara angkutan berjumlah besar karena dilakukan secara berkelanjutan, tapi dari sisi keuntungan tidak optimal.

Belum lagi dalam beberapa bulan terakhir, banyak klien TPMA, yakni para penambang batubara, yang meminta penurunan biaya angkutan batubara. Imbasnya bisa ditebak, marjin perusahaan ini pun jadi tergerus. Bila tahun lalu perusahaan pelayaran ini sanggup meraup marjin bisnis 30%, kini susut jadi 20%-25%. "Hal ini kami lakukan supaya bisa bertahan hidup," ucapnya.

Tak heran bila Trans Power Marine masih belum bisa merealisasikan pembelian kapal angkutan anyar.

Untuk itu, kata Rudy, pihaknya memilih untuk menyewa kapal dari pihak ketiga dan merawatnya. Tahun ini, dari belanja modal Rp 250 miliar, kebanyakan untuk perawatan kapal. Biasanya, TPMA keluar kocek US$ 1,5 juta - US$ 2 juta per tahun untuk perawatan kapal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×