kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,79   5,15   0.56%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lapan: Data tergantung satelit internasional


Senin, 25 September 2017 / 19:31 WIB
Lapan: Data tergantung satelit internasional


Reporter: Cecylia Rura | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu mempertanyakan keoptimalan data yang dihasilkan guna pemantauan lingkungan di Indonesia. Menurutnya, sebagai contoh hampir setiap tahun selalu saja ada ratusan ribu ton bangkai ikan di Danau Toba. Sehingga ini bisa berdampak pada kehidupan ikan lain di perairan Danau Toba.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, data yang diperoleh selama ini berasal dari satelit internasional dengan dua kualifikasi.

"Ada yang sifatnya gratis, yang umumnya digunakan untuk pemantauan lingkungan seperti kebakaran hutan dan perubahan cuaca. Selain itu, ada juga yang berbayar yakni annual fee yang dibayarkan tiap tahun seperti satelit SPOT resolusi tengah, citra satelit resolusi tinggi," jelas Thomas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di gedung Komisi VII DPR RI, Senin (25/9).

Selain itu, Lapan juga mengatakan telah meluncurkan dua satelit, 8A-2 dan 8A-3 yang sudah diuji coba untuk memantau sektor pertanian yang nantinya juga akan ditingkatkan. Untuk hasil optimal, Thomas kembali menjelaskan Lapan masih bergantung pada hasil satelit internasional.

Selain itu, menjawab pertanyaan Ketua DPR RI Komisi VII soal penggunaan data citra satelit, Thomas mengatakan sudah dioptimalkan melalui sosialisasi ke daerah-daerah baik pemantauan secara teknis untuk sumber daya alam, sumber daya nasional, dan pemantauan kerusakan lingkungan.

"Untuk mencari pelaku kerusakan sumber daya alam sudah bisa dipantau melalui satelit, bahkan sering ada permintaan dari pihak Kapolri dan BNN untuk membantu pemantauan," lanjutnya.

Soal bangkai ikan di Danau Toba yang berpotensi merusak ekosistem ikan lain, Thomas mengatakan hal tersebut dapat dipantau lewat data citra satelit. Di samping itu, menurutnya peran komunitas dan sumber daya manusia di sana juga sangat penting.

"Bagi pelaku budidaya ikan di sana, mereka juga harus bisa memantau penyebabnya. Ketika ada peralihan musim, perlu diketahui kondisi air danau suhunya seperti apa, parameter fisiknya, sehingga tidak terjadi kerugian. Teman-teman dari dinas perikanan bisa membantu kami terkait cek fisik, sementara di sini kami hanya bisa memantau," kata Thomas.

Untuk diketahui, teknologi satelit penginderaan jarak jauh pertama kali dikembangkan oleh Amerika Serikat, kemudian Eropa, Jepang, India, China. Adapun satelit-satelit tersebut mampu memberikan data citra satelit resolusi tinggi.

Data citra satelit tersebut dapat dimanfaatkan di berbagai bidang seperti bidang pertahanan dan keamanan, transportasi udara dan laut, pertambangan, pemetaan pengelolaan bencana, pertanian, kehutanan, pemantauan lingkungan, serta deteksi perubahan lahan.

Dikutip dari situs resmi LAPAN, lapan.go.id, ada 14 data citra satelit yang disediakan oleh LAPAN di antaranya WorldView 2, WorldView1, Quickbird, GeoEye, Ikonos, Pleiades, SPOT 5, SPOT 6, Alos, Kompsat 2, Kompsat 3, Rapideye, TerraSAR X (Sensor Radar), dan Radarsat 2 (Sensor Radar). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×