kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MAKSI: Perkebunan sawit bukan penyebab deforestasi


Jumat, 24 Maret 2017 / 15:23 WIB
MAKSI: Perkebunan sawit bukan penyebab deforestasi


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kampanye hitam yang semakin gencar dilakukan terhadap perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin berkembang. Hal ini berpotensi mengancam pasar minyak sawit Indonesia di pasar global, khususnya Eropa.

Melihat perkembangan tersebut, Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) yang terdiri dari peneliti dan akademisi memperkuat barisan menegaskan perkebunan kelapa sawit bukan penyebab deforestasi. Ini sebagaimana hasil penelitian Guru Besar IPB Yanto Santosa yang dipublikasikan beberapa waktu lalu.

Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Darmono Taniwiryono mengatakan, MAKSI memberikan dukungan kepada kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Yanto Santosa dari IPB. Ia bilang, pihak yang mempertanyakan kredibilitas Guru Besar IPB tersebut sama saja mempertanyakan kredibilitas perguruan tinggi yang memberikan gelar professor kepadanya.

"Tidak zamannya lagi saat ini berbicara tanpa data hasil penelitian yang dilakukan dengan kaedah-kaedah ilmiah yang benar," kata Darmono dalam keterangan tertulis, Jumat (24/3). 

Darmono menjelaskan metode penelitian yang diterapkan sudah dievaluasi oleh Komite Riset Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang terdiri dari 10 orang ahli. "Jadi, menurutnya ini tidak main-main seperti yang dituduhkan oleh Direktur Eksekutif Sawit Watch," paparnya.

Darmono yang juga anggota Komite Riset BPDPKS tahu persis bahwa penelitian tersebut tidak berhenti di Riau, tetapi akan dilanjutkan di wilayah lain yang mewakili. Terkait dengan itu justru Darmono berharap kepada Sawit Watch agar bergabung dengan tim penelitian yang diketuai Yanto untuk melakukan penelitian bersama. "Tentu (Sawit Watch) harus memberikan kontribusi dana penelitian untuk operasional tenaga-tenaga ahlinya," kata Darmono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×