kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengolah keuntungan dari jasa pengolah limbah batubara


Jumat, 12 November 2010 / 10:07 WIB
Mengolah keuntungan dari jasa pengolah limbah batubara
ILUSTRASI. Suasana Pabrik Krakatau Steel


Reporter: Fahriyadi, Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Batubara memang menjadi salah satu sumber energi yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Namun, limbah yang dihasilkan sangat berbahaya bagi lingkungan. Kecuali diolah terlebih dahulu, malah bisa menghasilkan produk-produk yang bernilai ekonomi tinggi.

Bagi perusahaan yang memakai batubara sebagai bahan baku penggerak mesin-mesin pabrik mereka, urusan limbah komoditas yang tengah naik daun ini jelas bikin pusing.

Tapi tidak perlu khawatir. Sekarang, cukup banyak perusahaan jasa pengolahan limbah batubara atau yang populer dengan sebutan B3 yang terdiri dari fly ash dan bottom ash ini.

Biasanya, fly ash dan bottom ash yang berukuran kecil dan relatif ringan akan diolah menjadi produk-produk yang bernilai. Sebab, hasil pengolahan limbah batubara dapat dipakai sebagai bahan campuran untuk memproduksi semen, aspal, dan paving block.

Sebut saja, CV Sumber Wangi, perusahaan jasa pengolah limbah batubara yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Perusahaan yang berdiri puluhan tahun lalu ini awalnya adalah produsen pembuat bahan bangunan seperti batako.

Tapi, sejak Juli 2010, Sumber Wangi menjelma menjadi perusahaan jasa pengolah limbah batubara. Aris Budiono, Manajer Pemasaran Sumber Wangi menyatakan, perusahaannya menggeluti bisnis ini karena beberapa alasan.

Pertama, bisnis ini cukup potensial mengingat di wilayah Jawa Timur belum terlalu banyak pemainnya. Aris bilang, setidaknya di provinsi tersebut baru terdapat dua perusahaan termasuk Sumber Wangi.

Padahal, di Jawa Timur terdapat puluhan pabrik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. "Jadi, bisa dibilang pasokannya cukup melimpah," kata Aris.

Kedua, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup memerintahkan industri untuk mengelola limbah hasil produksi secara tepat guna untuk menghindari kerugian masyarakat akibat salah kelola atas limbah tersebut.

Ketiga, hasil pengujian menyebutkan, paving block dan batako yang memakai abu batubara memiliki kualitas yang baik. Selain itu, dengan menggunakan hasil pengolahan limbah ini, perusahaan yang membuat paving block dan batako bisa menghemat biaya produksi hingga 30%-40%.

Sumber Wangi menganut sistem jemput bola untuk mencari perusahaan yang membutuhkan jasa mereka. Soalnya, perusahaan ini baru berkecimpung di bisnis tersebut 4 bulan lalu.

Sekarang, Sumber Wangi memiliki 5 alat pengolahan limbah batubara. Perinciannya, satu mesin hidrolik seharga Rp 200 juta dan empat mesin yang dioperasikan secara manual dengan harga Rp 50 juta per unitnya.

Dengan alat itu, Aris mengatakan, perusahaannya mampu mengolah limbah batubara hingga 40 ton per hari. Tapi, sejauh ini, Sumber Wangi baru mendapat permintaan sebanyak 200 ton sebulan. Dengan biaya pengolahan sebesar Rp 200.000 per ton, tiap bulan mereka dapat mengantongi omzet Rp 40 juta.

Memang, penghasilan ini masih sangat minim. Bukan karena Sumber Wangi kurang gencar berpromosi, melainkan masih sedikitnya perusahaan yang peduli terhadap lingkungan, sekalipun undang-undang sudah memerintahkan.

Aris mengungkapkan, beberapa perusahaan lebih memilih membuang limbah batubara ke sejumlah tempat secara sembarangan tanpa diolah terlebih dahulu. "Bahkan, tak jarang limbah ini malah dimanfaatkan sebagai bahan reklamasi dalam sebuah proyek pembangunan," ungkap dia.

Pemain lainnya di jasa pengolahan limbah batubara adalah, PT Surya Purnama Semesta. Perusahaan yang juga berpusat di Gresik, Jawa Timur ini sudah lima tahun bergelut di bisnis ini.

Suud, salah satu penggagas dan pemilik Surya Purnama, melihat prospek bisnis pengolahan limbah batubara di Indonesia masih sangat cerah karena pemain lokal masih sedikit. "Kalaupun ada pesaing, kebanyakan adalah pemain asing," tuturnya.

Menurut Suud, perintah Undang-Undang Lingkungan Hidup yang melarang perusahaan atau industri membuang limbah secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu, makin membuat peluang untuk usaha jasa pengolahan limbah semakin besar.

Saat ini, operasional Surya Purnama didukung mesin jenis Rotary Dryer, Cyclone, dan Blower. Ketiganya merupakan mesin yang digunakan untuk menanggulangi polusi atau limbah pabrik dengan menggunakan tenaga listrik.

Dari semua mesin milik mereka, hanya 20% di antaranya yang didatangkan langsung dari China. Sedang sisanya yang 80%, adalah buatan Surya Purnama. Suud menjelaskan, mesin buatan sendiri lebih ramah lingkungan dan tahan lama dibandingkan dengan mesin impor.

Limbah batubara, Suud menuturkan, kemudian diolah menjadi bahan campuran batako, genteng, dan karbon yang kemudian di jual ke pasar. Omzet dari hasil jualan produk-produk ini saja bisa mencapai Rp 10 juta per bulan.

Dalam satu hari, Surya Purnama mendapat permintaan pengolahan limbah batubara hingga 60 ton. Mereka mematok tarif jasa pengolahan sebesar Rp 100.000 per ton.

Dalam sebulan, pemasukan yang diperoleh Surya Purnama dari pengolahan limbah batubara mencapai Rp 100 juta. Hingga kini, sudah ada 25 perusahaan di Jawa timur yang menjadi pelanggan mereka.

Lantaran pemainnya masih sedikit di Jawa Timur, Aris menambahkan, persaingan dalam bisnis pengolahan limbah batubara khususnya di wilayah Jawa Timur tidak terlalu ketat. "Bahkan, kami sering bersinergi dengan kompetitor untuk melakukan sosialisasi tentang bahaya dari limbah batubara atau B3 ini," kata Aris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×