Meski tak puas demo GrabBike berakhir damai

Kamis, 05 Januari 2017 | 17:32 WIB Sumber: Kompas.com
Meski tak puas demo GrabBike berakhir damai


JAKARTA. Unjuk rasa dari para pengemudi GrabBike berakhir damai. Sejak pukul 14.00 tadi, Jalan Denpasar, Setiabudi, Jakarta Selatan, dekat kantor GrabBike, kembali dibuka.

Para pengemudi GrabBike membubarkan diri tak lama setelah Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menemui para pendemo.
Didampingi kepolisian, Ridzki menyampaikan sejumlah poin, salah satunya mengenai masalah permintaan pengemudi GrabBike untuk menaikkan tarif.

Ridzki bersama beberapa stafnya berbicara dihadapan banyak pengemudi yang berdemo di Jalan Denpasar. Dialog itu diinsiasi polisi.
 Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan dan jajarannya turut mendampingi agar dialog berlangsung aman.

Meski begitu, tensi suasana sempat tinggi ketika Ridzki berbicara masalah tarif. Para pengemudi tampak tidak percaya saat Ridzki bilang menaikkan tarif akan jadi pertimbangan pihak Grab. "Bohong," teriak sejumlah pengemudi, Kamis (5/1) sore.

Sejumlah pengemudi lain berusaha menenangkan teman-temannya yang protes. Ridzki menjelaskan bahwa ada pesaing lain di jasa yang sama. Sehingga masalah menaikan tarif itu perlu pertimbangan dan kehati-hatian.

"Kalau menaikan harga sembarang nanti enggak dapat pelanggan, nanti bilang ke kita lagi," ujar Ridzki.

Setelah menjelaskan semuanya, Ridzki akhirnya meninggalkan massa pengemudi yang berdemo. Pihak kepolisian meminta agar para pengemudimenerima dengan baik penjelasan manajemen.

Beberapa hal seperti tarif, kata polisi, sudah disampaikan jadi pertimbangan Grab Indonesia. Untuk itu polisi meminta massa membubarkan diri dengan tertib.

Meski terlihat wajah kecewa dan menggerutu, para pengemudi akhirnya bubar. Jalan Denpasar yang mengarah ke Jalan Perbanas atau ke arah Kantor Lurah Karet akhirnya dapat dilintasi lagi kendaraan.

Jobing, salah satu driver GrabBike dari Forum Gabungan GrabBike Bersatu, mengatakan, pihaknya meminta perusahaan menaikkan tarif. Tarif saat ini Rp 1.500 per kilometer dianggap terlalu rendah.

"Pertama, kita minta kenaikan argo. Saat ini Rp 1.500 kita minta jadi Rp 2.500," kata Jobing.

Selama ini, lanjutnya, tarif terus turun, tetapi kebijakan itu tidak melibatkan pengemudi. Padahal, tarif pernah berada di Rp 4.000. "Tapi terus turun sampai sekarang Rp 1.500," ujar Jobing.

Kedua, para driver meminta ada aktualisasi kemitraan. Sebab, selama ini dianggap tidak jelas karena kerap kebijakan yang ada selalu sepihak tanpa melibatkan pengemudi.

"Ketiga, mereka (perusahaan) punya Kode Etik Nomor 60 melarang kita berdemo. Itu enggak sesuai dengan undang-undang karena acuan kita Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 untuk menyampaikan pendapat di umum, tapi ini perusahaan melarang," ujar Jobing.

Keempat atau terakhir, pihaknya meminta perusahaan mempekerjakan lagi pengemudi GrabBike yang diputus kemitraannya karena aksi one day no bit atau tidak beroperasi pada tanggal 16 Desember 2016 lalu.

"Kita waktu itu aksi berdiam di rumah tidak mengambil penumpang. Sekitar 190-an pengemudi dimerahkan diputus mitra secara sepihak, tapi mereka (pengemudi yang diputus) tidak tahu kesalahan mereka. Kita minta mereka dihijaukan lagi," ujar Jobing.

(Robertus Belarminus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini

Terbaru