kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski tren bullish, batubara bisa terkoreksi sesaat


Rabu, 14 Februari 2018 / 19:36 WIB
Meski tren bullish, batubara bisa terkoreksi sesaat
ILUSTRASI. Harga batubara


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tren penguatan yang terjadi sejak awal pekan ini, harga batubara  terkoreksi. Posisi indikator teknikal yang beragam menunjukkan potensi terjadinya koreksi dalam jangka pendek.

“Mungkin terjadi penurunan tetapi enggak akan lama,” ujar Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures, hari ini.

Menurutnya, secara teknikal, untuk jangka pendek posisi harga yang telah berada di bawah garis moving average (MA) 50 menunjukkan peluang pelemahan. Namun, untuk jangka menengah harga yang masih berada di atas garis MA 100 dan MA 200 diyakini mampu melanjutkan penguatan.

Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga memberi sinyal penguatan. Kemudian, indikator stochastic di level 8 menunjukkan kondisi jenuh jual atau oversold. Hanya indikator relative strength index (RSI) di level 43 yang memperkuat potensi koreksi.

Dalam perhitungan Deddy, Kamis (15/2), harga batubara bisa berada di kisaran US$ US$ 96,50-US$ 98,80 per metrik ton. Kemudian sepekan mendatang akan melanjutkan penguatan di rentang US$ 94,90-US$ 100,10 per metrik ton.

Sedangkan Wahyu melihat, Kamis (15/2), harga akan cenderung terkoreksi karena sekarang ini sudah masuk posisi jenuh beli atau overbought. Kemungkinan pergerakannya akan berada di rentang US$ 97-US$ 98,30 per metrik ton. Sedangkan sepekan berpeluang kembali menguat pada area US$ 93-US$ 100 per metrik ton.

“Dari sisi harga saat ini juga terlihat overbought,” imbuhnya.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (13/2), harga batubara kontrak pengiriman April di ICE Future Exchange tercatat naik 1,5% menjadi US$ 97,85 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×