kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar Senen Blok III masih sepi pembeli


Minggu, 18 Februari 2018 / 21:46 WIB
Pasar Senen Blok III masih sepi pembeli
ILUSTRASI. Suasana Blok III Pasar Senen


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar Senen hingga kin masih menjadi salah satu pilihan warga di sekitar Jakarta. Pasar legendaris yang berdiri sejak 1753 tersebut kerap dikunjungi masyarakat.

Suasana kontras terjadi di Blok III. Salah satu blok milik PD Pasar Jaya ini  dibangun kembali setelah terbakar hebat pada Januari 2017. Tidak memiliki lahan parkir dan akses masuk ke dalam pasar disinyalir menjadi penyebab sepinya proses jual beli di pasar itu. Tak hanya itu, sebagian besar kios yang ada di pasar tersebut masih tutup dan belum diisi para pedagang.

Saat KONTAN.CO.ID sambangi Sabtu lalu (17/2), memang rada susah masuk ke pasar tersebut yang hanya bisa dimasuki dari jalan sempit. Selain itu bau tak sedap tercium kala menuju pasar Blok II.

Tak heran bila omzet para pedagang di Blok tersebut menyusut. Seperti Irsyad (45) yang  mengaku mengalami penurunan omzet sebesar 30%. Kalau biasanya ia sanggup mengantongi Rp 5 juta per hari. "Sekarang paling Rp 3 juta. Blok ini belum ada parkiran," katanya.

Pedagang ikan segar ini baru berjualan di Blok III Pasar Senen selama 20 hari. Pasar tersebut baru diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada akhir Desember 2017. Blok ini punya luas areal 17.086 m² dan luas bangunan  13.582 m² dengan daya tampung 3.531 unit kios yang tersebar di tujuh lantai.

Penjual lain, Nadhira sudah berjualan di Blok III Pasar Senen sejak dua minggu terakhir. Senasib, ia mengaku saban hari cuma ada satu atau dua pembeli saja yang mampir ke kiosnya yang menjajakan atribut partai seperti   logo partai, bordiran nama, dan topi.

Saat ini, ia cuma bisa meraup pendapatan Rp 100.000 saja.  Padahal, sebelum terjadi kebakaran ia sanggup membawa pulang minimal Rp 500.000 per hari. "Sekarang cuma ada satu atau dua pelanggan saja yang datang setiap hari," keluhnya yang menunggu di kios berukuran 1 m x 2 m.

Pada saat sepi pengunjung seperti ini, Nadhira mengaku bergantung kepada pelanggan. Ia pun tidak patah arang. Bermodal teknologi digital, ia mengabari para pelanggan lewat WhatsApp maupun telepon langsung. Namun ia tidak menjelaskan efek dari pemberitahuhan tersebut ke bisnisnya.
Begitu pula pedagang jaket dan sepatu bekas Hepni (50). Baru berjualan selama 10 hari, jualannya tergolong sepi. Sebelum terjadi kebakaran, ia bisa membawa pulang uang hingga Rp 2 juta per hari. Tetapi kini, paling sebesar Rp 500.000 saja. "Tapi kadang dapat dan kadang tidak," lirihnya.

Melihat kondisi tersebut, para pedagang berharap pengelola pasar bisa menjaga keamanan pasar dari musibah kebakaran lagi supaya roda bisnis mereka tetap berjalan aman.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×