kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah diminta serius tanggapi penurunan lifting migas nasional


Rabu, 06 Juni 2018 / 12:33 WIB
Pemerintah diminta serius tanggapi penurunan lifting migas nasional


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diminta bertindak lebih serius dalam menyikapi terus menurunnya lifting migas nasional setiap tahun. Salah satunya dengan penerapan enhance oil recovery (EOR).

Anggota Komisi VII DPR Kurtubi menyatakan melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas), pemerintah harusnya bisa meminta PT Chevron Pacific Indonesia (PCI) untuk segara menerapkan metode EOR melalui injeksi bahan kimia berupa surfaktan secara full scale atau berskala penuh ke sumur minyak di lapangan Minas.

Menurut Kurtubi, harga minyak rendah memang sempat menjadi alasan tidak dilakukannya EOR secara penuh sudah tidak lagi menjadi alasan karena kondisi sekarang harga sudah cukup tinggi.

"Pemerintah mendesak lewat SKK Migas agar Chevron implementasikan hasil eksperiman pilot project EOR surfaktan yang sudah bertahun-tahun supaya diterapkan karena harga minyak kan sudah tinggi. Tempo hari alasannya tidak diterapkan karena harga minyak tidak ekonomis," kata Kurtubi di Gedung DPR, Selasa (5/6).

Menurut Kurtubi pemerintah berhak meminta karena program EOR itu sudah di cost recovery, apalagi dengan kondisi lifting ke depan yang diproyeksikan terus menurun, maka sumbangan dari blok Rokan terutama lapangan Minas sangat diperlukan.

Jika memang desakan tidak ampuh maka pemerintah bisa menjadikan program EOR secara penuh sebagai syarat utama jika memang kontrak blok Rokan mau diperpanjang oleh Chevron. 

Untuk diketahui kontrak blok Rokan memang sudah masuk masa terminasi karena akan habis pada tahun 2021 mendatang.

"Negeri ini butuh tambahan lifting minyak. SKK Migas minta ke kontraktor bersangkutan harga minyak sudah tinggi tidak ada alasan lagi untuk menunda kecuali mau dipakai untuk bargain negosiasi untuk memperpanjang kontrak," ungkapnya.

Blok Rokan saat ini memang masih menjadi blok dengan kontribusi minyak terbesar di tanah air. Dalam data SKK Migas hingga pertengahan Mei rata-rata produksi PCI yang ditopang dari blok Rokan sebesar 204,555 Barel Oil Per Day (BOPD).

Selain harga minyak yang tinggi salah satu alasan Chevron belum maksimal lakukan EOR di Rokan karena belum adanya kepastian perpanjangan kontrak karena metode surfakran selain membutuhkan waktu lama.

Ketua Komisi VII DPR RI, Gus Irawan Pasaribu juga meminta pemerintah agar bisa memastikan program EOR di Rokan berjalan, karena pemerintah sudah menjalankan kewajiban pembayaran cost recovery terhadap uji coba dan pilot project yang selama ini dilakukan.

"Sudah dibayar ke Chevron, situasi waktu itu saya ingat alasannya harga minyak rendah itu belum ekonomis diterapkan," ungkap Gus Irawan.

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengakui, penerapan EOR memang menjadi poin utama untuk penilaian kontraktor mana yang akan mendapatkan hak kelola blok Rokan. Sejauh ini saingan terdekat Chevron adalah Pertamina yang juga terang-terangan menyatakan minatnya ketika kontrak blok Rokan nanti habis tiga tahun lagi.

"Makanya full scale EOR kami jadikan syarat untuk mereka mengajukan perpanjangan kontrak," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×