kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah dorong budidaya lele bioflok


Senin, 22 Mei 2017 / 12:14 WIB
Pemerintah dorong budidaya lele bioflok


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan produksi perikanan budidaya nasional. Salah satu langkah yang tengah dilakukan kementerian ini adalah melalui intensifikasi teknologi perikanan di budidaya ikan lele.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan, perkembangan sektor industri dan ledakan jumlah penduduk telah menurunkan ketersediaan lahan produksi pangan dan budidaya perikanan. Oleh karena itu, pengembangan teknologi budidaya menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan produksi di tengah makin menyempitnya lahan

Pengembangan teknologi perikanan budidaya, menurutnya, juga penting dilakukan untuk mengantisipasi fenomena perubahan iklim dan penurunan kualitas lingkungan global. "Semua pelaku perikanan budidaya harus berkreasi mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam pengelolaan usaha budidaya ikan. Dengan kondisi saat ini, produktivitas budidaya harus bisa dipacu dalam lahan terbatas dan sumberdaya air yang efisien, kata Slamet, akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan, salah satu inovasi teknologi yang tengah dikembangkan pemerintah saat ini adalah teknologi budidaya lele sistem bioflok. Teknologi sistem bioflok ini tengah populer di kalangan pembudidaya ikan lele. Teknologi ini diklaim mampu menggenjot produktivitas ikan lele tanpa perlu penggunaan lahan yang luas untuk meningkatkan produksi.

Dia bilang, teknologi ini merupakan bentuk rekayasa lingkungan yang mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikro organisme yang dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan. Bioflok, menurut Slamet, bisa menjadi solusi memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.

Dengan teknologi ini tingkat produktivitas tinggi. Dia mencontohkan, budidaya dengan sistem konvensional dan padat tebar 100 ekor per meter kubik memerlukan waktu 120 hari sampai 130 hari masa panen. Sedangkan sistem bioflok dengan padat tebar 500 sampai 1.000 ekor per meter kubik hanya membutuhkan 100 hari sampai 110 hari saja untuk panen.

Imsa Hemawan, Ketua I Assosiasi Pengusaha Catfish Indonesia bilang, budidaya lele bioflok adalah usaha yang mengandalkan teknologi, sehingga faktor kedisiplinan dalam penerapan SOP sangat penting. "Pendampingan teknologi harus dilakukan secara intens, dengan metode yang memungkinkan masyarakat memahami dan mengadopsi secara mudah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×