kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah jajaki impor LPG dari Aljazair


Selasa, 13 Maret 2018 / 16:56 WIB
Pemerintah jajaki impor LPG dari Aljazair
ILUSTRASI. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar - Penjualan LPG Bright Gas


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah jajaki kerjasama pembelian Liquefied Petroleum Gas (LPG) dengan Aljazair (Algeria) melalui kerjasama dua perusahaan milik masing-masing negara yakni Sonatrach dan PT Pertamina (Persero).

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan pemerintah akan membantu Pertamina untuk bisa segera merealisasikan kerjasamanya di bisnis LPG dengan Sonatrach.

"Ada peluang yang bisa dikerjakan Pertamina di sana, dan ada kemungkinan LPG Pertamina diimpor dari Algeria (Aljazair)," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (13/3).

Arcandra menegaskan dengan adanya pembicaraan antar pemerintah diharapkan harga LPG yang didapatkan akan lebih murah karena tidak memerlukan pihak ketiga dan transaksi bisa dilakukan secara langsung.

"Skemanya tetap business to business (btob). Tapi government to government-nya pemerintah membantu semaksimal mungkin. Dengan negosiasi secara langsung, kita bisa dapatkan harga yang lebih murah," ungkap Arcandra.

Berdasarkan informasi dari pemerintah Algeria yang disampaikan saat kunjungan Arcandra ke Aljazair akhir pekan lalu, Aljazair merupakan salah satu produsen LPG besar di dunia dengan rata-rata produksi LPG sebesar 10 juta per tahun (metrik ton per annum/MTPA).

Di Indonesia, kebutuhan LPG diperkirakan akan terus meningkat. Setiap tahunnya Pertamina memperkirakan akan ada kenaikan konsumsi LPG rata-rata 5%.

Akhir tahun lalu saja sekitar 6,3 juta metrik ton (MT) disalurkan Pertamina untuk LPG PSO atau penugasan, padahal kuota yang diterapkan pemerintah hanya 6,199 juta MT dan tahun ini prediksi naik menjadi 6,7 juta MT.

Selama ini 60% dari kebutuhan LPG masih dipenuhi dari impor, sisanya sekitar 40% baru dipenuhi dari fasilitas pengolahan di dalam negeri.

Sejauh ini memang belum ada kepastian terkait berapa jumlah LPG yang akan diserap oleh Pertamina, namun Arcandra yakin dengan campur tangan antar pemerintah, maka peluang Pertamina menjadi besar untuk mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan dengan kondisi sekarang ini dimana Pertamina masih harus bertransaksi dengan pihak ketiga.

"Karena ini langsung dengan Sonatrach jadi tidak pakai pihak ketiga. Kita dorong, agar pemerintah mereka bisa bantu kita sehingga kita bisa dapat harga yang murah," tandas Arcandra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×