kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah terus dongkrak investasi minuman


Senin, 27 November 2017 / 05:30 WIB
Pemerintah terus dongkrak investasi minuman


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi di bidang minuman terus gencar. Seperti Coca-Cola Amatil Indonesia misalnya sudah siapkan dana investasi dalam beberapa tahun mendatang.

Managing Director Coca-Cola Amatil Group, Alison Watkins menjelaskan pasar Indonesia sangat penting bagi bisnis Coca-Cola di dunia. Hal ini mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif serta konsumsi masyarakat yang juga masih meningkat.

"Kami menyiapkan sekitar US$ 300 juta dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang," jelas Alison akhir pekan lalu.

Dari catatan Kemenperin, hingga saat ini, Coca-Cola Amatil Indonesia telah menyerap tenaga kerja sebanyak 11.000 orang, dengan nilai investasi selama lima tahun terakhir (2012-2017) mencapai US$ 445 juta. Perusahaan ini juga berkomitmen akan meningkatkan investasi hingga US$ 300 juta untuk tiga tahun ke depan.

Presiden Coca-Cola Amatil Indonesia, Kadir Gunduz menjelaskan saat ini pihaknya terus akan punya agenda ekspansi. Baik ekspansi dari sektor manufaktur maupun juga distribusi.

"Saat ini kami punya 300 distributor di Indonesia, dalam tahun mendatang kami akan menambah 150 distributor lagi," jelas Kadir.

Harry Sanusi, Presiden Direktur PT Kino Indonesia Tbk menjelaskan saat ini persaingan semakin ketat karena banyak perusahaan asing ikut masuk ke Indonesia. Oleh karena itu pihaknya pun tidak tinggal diam untuk ekpansi ke Thailand.

"Kita berharap dalam 10 tahun mendatang Joint Venture baru tersebut berkontribusi 10% bagi penjualan," jelas Harry kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Asal tahu, emiten berkode dagang KINO ini baru saja ekspansi. Perusahaan barang konsumen ini baru saja berkerja sama dengan perusahaan asal Thailand, Malee Capital Company Limited (Malee) untuk membentuk dua perusahaan patungan atau joint venture (JV) sekaligus.

Kedua JV tersebut adalah, PT Kino Malee Indonesia (KMI) yang berlokasi di Indonesia dan Malee Kino Company Limited (MKCL) di Thailand. Porsi kepemilikan sahamnya berimbang sesuai dengan lokasi perusahaan JV. KINO bakal memegang 51% saham KMI dan 49% saham MKCL.

Sebaliknya, Malee bakal menguasai 51% saham MKCl dan 49% saham KMI. Total investasi JV tersebut senilai Rp 80 miliar yang dananya dari sisa IPO. "Prospek industri minuman bagus karena didukung oleh cuaca tropis serta daya beli masyarakat yang masih bisa terus meningkat," jelasnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, proses hilirisasi meningkat bagus karena investasi di sektor ini lebih cepat. Selain itu, sat ini sudah mulai tumbuh beberapa industri intermediate seperti industri ekstraksi dan industri bahan tambahan pangan.

“Industri ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku,” ujarnya beberapa saat lalu.

Adhi menyebutkan, hingga kini anggota GAPMMI telah terdapat empat kelompok sektor. Pertama, industri pengolahan mamin baik skala besar maupun kecil dan menengah. Kedua, industri penunjang (supplier).

Ketiga, importir atau eksportir produk pangan (bahan baku pangan). Keempat, distributor atau peritel.

Dari catatan Kemenperin, kinerja industri makanan dan minuman (mamin) setiap tahun cukup tinggi dengan rata-rata di atas pertumbuhan sektor manufaktur. Pada triwulan III tahun 2017, pertumbuhan industri mamin sebesar 9,46 % atau naik dibanding capaian di triwulan II/2017 sekitar 7,19%.

Pada periode Januari-September 2017, nilai ekspor produk mamin termasuk minyak kelapa sawit mencapai US$ 23,3 miliar, yang membuat neraca perdagangan menjadi positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×