kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengusaha Minta Pemerintah Cermati Serangan Wereng


Minggu, 11 Juli 2010 / 20:34 WIB
Pengusaha Minta Pemerintah Cermati Serangan Wereng


Reporter: Amailia Putri Hasniawati |

JAKARTA. Serangan wereng yang di berbagai sentra padi yang diperkirakan diperparah oleh semakin meluasnya tanaman padi hibrida rupanya mengusik kalangan pebisnis benih.

Mereka ingin agar pemerintah menanggapi masalah tersebut secara sungguh-sungguh, karena bisa berdampak negatif terhadap pengembangan padi hibrida yang notabene dibutuhkan dalam upaya meningkatkan produksi beras nasional.

"Oleh karena itu, kita minta kepada otoritas data, detail terkait luasan padi hibrida yang terkena puso dibandingkan dengan padi non hibrida, supaya jelas," ujar Sekjen Asosiasi Perbenihan Indonesia (Asbenindo) Sidi Asmono kepada KONTAN, Sabtu (9/7).

Sidi sendiri meragukan bahwa padi hibrida merupakan penyebab meluasnya serangan wereng batang coklat (WBC). Menurut Sidi, penyebab meluasnya WBC tahun ini kemungkinan juga terkait anomali cuaca. Soalnya, dalam kondisi lembab, hama pemakan batang padi itu menjadi semakin mudah untuk ber-reproduksi.

Selain itu, menurut pemantauannya di lapangan, saat ini pola tanam padi yang dilakukan petani juga cenderung tanpa selingan. Padahal, sebaiknya padi harus diselingi dengan tanaman lain seperti jagung, kacang-kacangan atau jenis tanaman lain untuk memutus siklus hama.

Hal senada disampaikan oleh Direktur PT Sumber Alam Sutera (SAS) Heka Hertanto, salah satu produsen benih padi hibrida yang tahun ini justru memproyeksikan kenaikan produksi benih padi hibridanya dua kali lipat menjadi 2.000-2.500 ton.

Ia sepakat dengan Sidi, bahwa padi hibrida akan tetap diperlukan untuk meningkatkan produksi padi. Saat ini total sebaran benih padi hibrida SAS mencapai 236.000 hektar, yaitu di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Merauke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×