kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,79   -11,72   -1.25%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perseteruan abadi Grab dan Go-Jek


Selasa, 13 Maret 2018 / 10:00 WIB
Perseteruan abadi Grab dan Go-Jek


Reporter: Annisa Heriyanti, Markus Sumartomdjon | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perseteruan bisnis transportasi online dalam negeri, sepertinya bakal mengeurucut menjadi dua pemain besar, yakni antara Grab-Uber melawan Go-Jek. Ini pasca beredar kabar yang menyatakan Grab akan mengakuisisi bisnis Uber Technologies di kawasan Asia Tenggara yang berpenduduk 640 juta jiwa.

Seperti dilansir Reuters belum lama berselang, negosiasi di antara pihak Grab dan Uber telah mencapai pembicaraan tingkat lanjutan. Meski, sejatinya, info tentang kerjasama tersebu juga sudah berhembus di awal tahun ini.

Uber, tampaknya kepayahan berbisnis transportasi online di pasar Asia Tenggara. Meski perusahaan ini sudah mendapat suntikan dana miliaran dollar AS dari sejumlah investor. Apalagi, bisnis aplikasi online Grab di pasar Asia Tenggara cukup dominan di sejumlah negara dan bersaing ketat dengan Go-Jek di pasar lokal.

Arah perkawinan Uber dan Grab di pasar Asia Tenggara bisa menjadi kenyataan. Sebab, salah satu investor Uber, yakni Softbank ternyata juga menjadi salah satu investor dari Grab. Nanti, Uber bakal mempunyai saham di Grab.

Bila ini terjadi, maka bisa menyelamatkan bisnis Uber di pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Maklum, aplikasi Uber di pasar lokal seolah tenggelam oleh Grab dan pemain lokal yang jadi unicorn yakni Go-Jek. Ini bisa terlihat dari jangkauan ekspansi Uber di sejumlah kota yang masih kalah banyak dengan Grab serta Go-Jek.

Sampai berita ini turun, perwakilan Grab, Go-Jek hingga Uber tidak mau berkomentar atas kabar  kerjasama tersebut. "Mohon maaf Uber tidak mengomentari rumor dan spekulasi” terang Dian Safitri, Head of Communications Uber Indonesia kepada KONTAN (12/3).

Begitu pula halnya dengan perwakilan Grab di Indonesia. "Grab juga tidak bisa berkomentar soal rumor dan spekulasi," kata Mediko Azwar,  Direktur Pemasaran Grab Indonesia ke KONTAN (12/3).

Yang jelas, di awal tahun ini, Grab dan Gojek terus berekspansi bisnis. Apalagi setelah Go-Jek mendapat suntikan dana US$ 1,2 miliar dari sejumlah investor lokal dan global. Salah satu aksinya adalah mengoptimalkan layanan Go-Food yang digadang-gadang nilai transaksinya bisa melebihi Go-Ride.
Sedangkan Grab Indonesia,   mulai ekspansi dengan memanjakan para mitra pengemudi. Setelah membangun GrabBike Lounge, perusahaan ini juga menambah satu Grab Driver Center lagi di Bogor pada Maret ini. Ini adalah tempat istirahat kedua bagi mitra pengemudi Grab Car setelah sebelumnya ada di  Jakarta.

Manajer Grab Indonesia optimistis, lewat mengoptimalkan layanan ke mitra pengemudi membuat layanan Grab jadi lebih positif dan bisa memenangkan persaingan di  bisnis tersebut.

Pengamat teknologi digital Heru Sutandi, mengamini bila nantinya hanya Grab dan Go-Jek yang bakal bersaing di bisnis transportasi online, termasuk bila Uber menjadi anggota Grab.

Saat ini, Grab kuat di layanan Grab Car. Sedangkan Uber Car juga kuat di kawasan selatan Jakarta seperti Serpong. Sedangkan layanan Go-Jek amat kuat di Jakarta. Terlebih layanan Go-Food dan Go-Send. Itu semua bisa tercapai berkat adanya sistem pembayaran Go-Pay.

Siapa kah yang jadi pemenang? "Mereka saling mengisi pasar, dan kompetisinya masih seru," katanya.

Sebab, meski Grab dan Go-Jek ke tekfin, tapi tetap butuh  transportasi online.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×