kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pesona batubara masih membara


Senin, 26 September 2011 / 08:43 WIB
Pesona batubara masih membara
ILUSTRASI. ATM bank


Reporter: Albertus M. Prestianta, Sanny Cicilia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bisnis batubara tetap menawarkan peluang besar yang menjanjikan. Buktinya, beberapa perusahaan rela banting setir meninggalkan usaha lamanya dan mulai menggarap penambangan batubara. Tak ketinggalan pula beberapa emiten yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Seperti, perusahaan otomotif PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), perusahaan jasa perkapalan PT Trada Maritime Tbk (TRAM), dan pemasok alat berat PT Intraco Penta Tbk (INTA).

Norico Gaman, analis BNI Securities, menilai potensi permintaan batubara Indonesia sangat baik. Dus, peluang perusahaan baru terjun ke bisnis ini juga terbuka lebar.

Menurut dia, secara fundamental IMAS mampu ikut bermain di bisnis batubara. Apalagi, perusahaan ini memang sudah memproduksi batubara untuk konsumsi pribadi. "Bukan tak mungkin IMAS memproduksi batubara untuk dipasarkan," kata Norico, Jumat pekan lalu (23/9).

Peluang INTA bermain di bisnis ini pun cukup cerah. "Perusahaan alat berat memiliki tambang batubara merupakan dua lini usaha yang bisa bersinergi," jelas Suluh Wicaksono, analis PT Askap Futures. Ini akan mendorong kinerja INTA jangka panjang.

Pemain lama juga giat berekspansi. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) misalnya, baru-baru ini mengakusisi 75% saham PT Mustika Indah Permai (MIP). Aksi ini merupakan salah satu strategi Adaro mengejar kapasitas produksi 80 juta ton per tahun.

Sementara PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menggarap megaproyek Transpacific Railway guna mendukung sektor logistik pengangkutan batubara. "Saat ini permintaan akan sumber energi mineral sedang turun," ungkap Norico Gaman analis BNI Securities. Menurutnya penurunan permintaan minyak mentah berimbas pula pada permintaan batubara.

Kondisi ini menyebabkan harga batubara mengalami penurunan. Harga batubara saat ini berkisar antara US$ 123,2 per ton sedangkan harga rata-rata batubara selama setahun sebesar US$ 124,7 per ton. Berdasarkan riset Stevanus Juanda analis JP Morgan tanggal 24 Agustus 2011, harga batubara berkisar US$ 124 per ton.

Meskipun demikian, Norico Gaman menilai harga batubara kondisinya lebih stabil ketimbang sumber energi mineral lainnya. Selain itu konsumsi batubara akan terus tumbuh. Norico menambahkan, jika kondisi sudah stabil harga batubara bisa kembali naik.

Total produksi batubara Indonesia saat ini mencapai 350 juta ton. Sekitar 80% dari total produksi diekspor keluar negeri dan sisanya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri.

Negara-negara besar masih membutuhkan batubara sebagai sumber energi untuk penghasil listrik, dan kebutuhan tersebut akan terus bertambah. Artinya industri pertambangan batubara di Indonesia masih memberi prospek yang menjanjikan.

Hal ini menjadi penting bagi para pemain industri ini begitu pula dengan perusahaan baru yang berekspansi ke lahan batubara. "Tahun depan target produksi batubara akan terus ditingkatkan," jelas Norico.

Peluang harga

Manisnya bisnis batubara bisa dilihat dari pergerakan harga jual meski saat ini harganya tengah tertekan. Harga batubara di pasar ICE Newcastle untuk pengiriman Oktober 2011 sebesar US$ 122,45 per ton. Jadi, di bawah rata-rata harga komoditas ini sejak awal 2011 di US$ 124,20.

"Saat ini permintaan akan sumber energi mineral sedang turun," ungkap Norico. Ujungnya, harga merosot. Selain itu, harga batubara juga terimbas penurunan harga minyak.

Namun, dia melihat, pergerakan harga batubara masih lebih stabil ketimbang sumber energi dari bahan tambang yang lain. Dia memperkirakan, harga batubara kembali naik jika kondisi ekonomi stabil.

Norico memperkirakan, harga batubara sampai akhir 2011 masih tertekan. Sedangkan JP Morgan dalam risetnya Agustus lalu memperkirakan, harga batubara di kisaran US$ 124 per ton di akhir tahun.

Namun, Ibrahim, analis senior Harvest International, melihat puncak permintaan batubara akan terjadi di kuartal IV, tepatnya bulan November dan Desember. "Saat ini memang turun, tapi kenaikan bisa lebih cepat," kata dia.

Perkiraannya, pemerintah negara maju akan terus mengusahakan peningkatan kemampuan ekonomi. Jadi, Ibrahim memprediksi harga batubara bisa kembali ke US$ 131 - US$ 135 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×