kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petani Berjaga-jaga dari Teriknya Kemarau Bulan Mei 2024


Senin, 06 Mei 2024 / 10:10 WIB
Petani Berjaga-jaga dari Teriknya Kemarau Bulan Mei 2024
ILUSTRASI. Petani membabat tanaman padinya yang rusak akibat kekeringan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Jumat (28/6/2019). Akibat musim kemarau dan kesulitan mendapatkan air irigasi banyak petani di wilayah tersebut membabat tanaman padinya yang rusak dengan produksi antara 10 hingga 20 persen dari produktivitas normal rata-rata antara enam hingga tujuh ton per hektare, dan banyak tanaman yang gagal panen. ANTARA FOTO/Siswowidodo/foc.


Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi kemarau pada awal Mei 2024 akan diwarnai suhu tinggi. 

Petani telah menyiapkan sederat langkah dalam mengantisipasi resiko cuaca panas pada bulan ini. 

Kepala Pusat Pembenihan Nasional Serikat Petani Indonesia (SPI) Kusnan menyatakan bahwa pihak petani telah melakukan antisipasi serupa dengan yang dilakukan pada saat menghadapi El Nino.

Baca Juga: Bukan Heatwave, Ini Penyebab Suhu Panas dan Cuaca Terik di Indonesia Awal Mei

"Kita sudah mempersiapkan mitigasinya jika terjadi gelombang panas. Dari pengalaman kemarin saat terjadi El Nino, kami sudah mempersiapkan sumur bor, pompa air untuk mengisi air jika tanaman membutuhkan air," terang Kusnan kepada Kontan.co.id, Senin (6/5). 

Selain dengan upaya-upaya yang dilakukan para petani, Kusnan mengaku bahwa terjalin pula kerja sama dengan pemerintah daerah guna mengedukasi petani agar adaptif terhadap perubahan iklim.

"Kita ada kerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengadakan pelatihan cerdas iklim bagi petani agar petani lebih pandai mengenal iklim sehingga tanaman atau varietas apa yang cocok pada saat perubahan iklim itu terjadi," tuturnya. 

Untuk saat ini, Kusnan bilang bahwa belum ada tanda-tanda gagal panen karena fenomena cuaca panas ini. 

Menurutnya, komoditas yang akan terdampak yakni tanaman jagung, tanaman holtikultura, tembakau, dan buah-buahan. Sedangkan untuk tanaman padi belum terlihat dampak yang signifikan. 

Baca Juga: BMKG Sebut Indonesia Sudah Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Namun, dia tak menampik adanya beberapa dampak buruk yang perlu diantisipasi untuk ke depannya.

"Kalau (fenomena cuaca panas) itu terjadi berturut turut sepanjang musim tanam ke-2 ini dan tidak ada hujan, ya dipastikan akan mengalami penurun produksi terutama pada lahan tadah hujan karena kekurangan air," kata Kusnan. 

"Resiko gagal panen, biaya produksi lebih tinggi, hama dan penyakit tak terkendali," lanjutnya.

Sebagai informasi, BMKG memastikan, suhu panas yang melanda Indonesia awal Mei 2024 bukan heatwave atau gelombang panas.

BMKG memprediksikan, sebagian besar wilayah Indonesia atau 63,66% zona musim akan memasuki musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024.

"Memasuki periode Mei, sebagian wilayah Indonesia mulai mengalami awal kemarau dan sebagian wilayah lainnya masih mengalami periode peralihan musim atau pancaroba," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto.

"Sehingga, potensi fenomena suhu panas dan kondisi cerah di siang hari masih mendominasi cuaca secara umum di awal Mei 2024," ujarnya dalam siaran pers, dikutip Senin (6/5).

Mencermati kejadian fenomena gelombang panas yang terjadi di sebagian wilayah Asia dalam sepekan terakhir, Guswanto menegaskan, fenomena heatwave tersebut tidak terkait dengan kondisi suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia.

Selanjutnya: Simak Trading Plan dan Rekomendasi Saham PTBA, ADRO dan ADMR dari Ajaib Sekuritas

Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Yogyakarta Didominasi Cerah Berawan, Berikut Ramalan 7 Mei 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×