kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peternak desak UU Peternakan dicabut, ini sebabnya


Selasa, 29 November 2016 / 10:48 WIB
Peternak desak UU Peternakan dicabut, ini sebabnya


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Para peternak rakyat lintas peternakan mengadakan kongres peternak rakyat untuk mendesak pemerintah memperhatikan nasib mereka. Pasalnya, selama ini, peternak rakyat baik itu peternak sapi, unggas, domba, kambing, dan kelinci merasa termarginalkan.

Pemerintah dituding tidak pernah memberikan perhatian serius dalam membangun peternakan lokal. Akibatnya, jumlah peternak rakyat makin hari makin menciut dan Indonesia menjadi negara yang tergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.

Kongres Nasional Peternak Rakyat yang diadakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Senin (28/11) ini merupakan yang pertama dalam sejarah Indonesia merdeka. Kongres yang dihadiri ribuan peternak ini menuntut pemerintah menghapus sejumlah kebijakan yang tidak pro peternakan. Salah satunya UU No 41/ 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Peternak menilai beleid ini harus dicabut dan diganti dengan Keputusan Presiden (Kepres) peternakan atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) yang lebih pro pada peternakan rakyat.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengatakan, dalam kongres ini, para peternak sepakat membentuk Dewan Peternakan Rakyat.

Tugasnya adalah untuk mengawal pembangunan di bidang peternakan dan mendesak adanya revisi UU Peternakan yang selama ini tidak pro pada peternak.

Nantinya, Dewan Peternakan Rakyat ini akan melakukan pertemuan dengan DPR dan Presiden. "Selama ini, para peternak merasa termarginalkan. Kami meminta pinjaman dari bank tidak digubris, akhirnya bisnis kami susah naik," ujar Rochadi, Senin (28/11).

Rochadi mengatakan, kebijakan pemerintah membuka lebar keran impor daging kerbau dari India dan memaksa harga daging lokal turun menjadi Rp 80.000 per kilogram (kg) merupakan tindakan yang sangat merugikan peternak sapi.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi menambahkan, saat ini jumlah peternak unggas turun drastis.

Bila sebelum tahun 2000 jumlah peternak rakyat mencapai 2,5 juta peternak, saat ini jumlahnya tinggal sekitar 170.000 peternak. Selain itu, dalam tiga bulan terakhir, harga ayam jatuh dan bertahan di kisaran Rp 15.000 per kg di wilayah Jabodetabek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×