kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLN menunda 10 proyek LNG mini


Kamis, 12 Juli 2018 / 10:48 WIB
PLN menunda 10 proyek LNG mini
ILUSTRASI. Perawatan Instalasi Listrik


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memastikan untuk menunda 10 proyek kilang liquefied natural gas (LNG) mini yang sudah ditenderkan tahun lalu. Saat ini, manajemen PLN mengajukan penundaan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso, mengemukakan, rencana pengembangan 10 proyek LNG mini digulirkan tahun 2017. Hanya saja, sejauh ini di daerah yang menjadi lokasi pengembangan LNG mini telah tergantikan oleh pembangkit energi baru terbarukan. "Ada beberapa pengembangan LNG mini yang diganti dengan renewable energy. Jadi suplai LNG-nya akan turun jauh, demand-nya juga turun jauh. Pasti biayanya ikut berubah," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (11/7).

Sebanyak 10 proyek mini LNG adalah Mesin Gas Uap Kalsel Peaker Kalimantan berkapasitas 200 MW, Sulsel Peaker (450 MW), Makassar Peaker (200 MW), Sumbawa (50 MW), Waingapu Nusa Tenggara (10 MW), Bima Nusa Tenggara (50 MW), Mobile Power Plant Flores Nusa Tenggara (20 MW), Maumere Nusa Tenggara (40 MW), Kupang Peaker Nusa Tenggara (40 MW) serta MPP Lombok (50 MW).

Dalam penawaran lelang 10 LNG mini tersebut, hanya konsorsium dari PT Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara dan perusahaan asal Prancis, Engie, yang memberikan penawaran kepada PLN. "Perubahan atas pengembangan ini sudah dibicarakan oleh konsorsium tersebut, karena memang berpengaruh terhadap keekonomian proyek. Apabila supply demand-nya cukup besar kan berpengaruh sekali," ujar Supangkat.

Satu lagi, kata dia, alasan penundaan pengembangan LNG mini lantaran harga minyak mentah sudah menanjak. Pada awal proyek ini dikonsepkan, Indonesian Crude Price (ICP) masih bergerak di kisaran US$ 47 per barel. Sedangkan saat ini sudah mencapai US$ 70-an per barel.

Melihat perhitungan pemerintah soal harga gas pembangkit yang maksimum 14,5% dari ICP dan well head 8% ICP, sementara ICP naik, maka jika disimulasikan harga gas akan naik sehingga berpengaruh pada demand. "Kami sudah sampaikan ke pak Menteri mengenai harga gas ini dan mengkaji pengembangan mini LNG ini," kata Supangkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×