kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produk perikanan olahan ditargetkan 6,2 juta ton 2


Minggu, 05 Juli 2015 / 22:41 WIB
Produk perikanan olahan ditargetkan 6,2 juta ton 2


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pengembangan produk perikanan merupakan salah satu prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2015 ini. Diversifikasi produk olahan perikanan dinilai menjadi salah satu cara untuk mendongkrak dan memberi nilai tambah pada hasil perikanan Indonesia di pasar ekspor dan dalam negeri. Namun pemerintah juga harus memastikan ketersediaan bahan baku sehingga pengolahan produk perikanan dalam negeri tidak terganggu.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) menargetkan produksi bidang produk olahan hasil perikanan sepanjang 2015 meningkat menjadi 6,2 juta ton ketimbang tahun lalu yang mencapai 5,2 juta ton. Di mana produk olahan hasil perikanan tersebut masih mayoritas untuk memenuhi kebutuhan nasional dan sisanya baru di ekspor.

"Jadi kita mendorong agar produk olahan perikanan itu mutunya semakin meningkat dan variasinya banyak serta sampai produk akhir, dan siap saji," ujar Dirjen P2HP kepada KONTAN akhir pekan ini.

Saut mengatakan selama ini banyak produk perikanan hasil olahan masih belum mencapai tahap akhir atawa masih setengah jadi. Namun pada tahun 2015 ini, ia mengklaim produk olahan hasil perikanan sudah mulai mengalami peningkatan dan bervariasi.

Kalau dulu, produk olahan perikanan masih menjual badan ikan secara utuh, dan hanya membuang bagian-bagian yang tidak perlu, saat ini, sudah ditemukan produk olahan perikanan yang malah bentuk ikannya sudah tidak terlihat lagi. "Saat ini, saya melihat variasi olahan perikanan itu sudah semakin banyak dan sudah siap saji," terang Saut.

Sejauh ini, Saut bilang, Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang memproduksi ikan olahan sudah semakin bertambah. KKP juga terus berupaya mendorong UPI menghasilkan produk akhir dan siap saji ketimbang hanya setengah jadi.

Tujuannya adalah untuk menambah nilai tambah hasil perikanan Indonesia. Selain itu, KKP lebih mendorong agar produk olahan lebih banyak dipasarkan dalam negeri ketimbang pasar ekspor. Sebab, peluang pasar dalam negeri masih sangat besar dan mudah peredarannya ketimbang harus ke pasar global.

Berdasarkan hitungan Saut, pada tahun 2030 nanti, jumlah penduduk Indonesia mencapai 375 juta, dan ini merupakan potensi pasar yang sangat besar untuk digarap pelaku usaha UPI nasional. Selain itu, Indonesia juga memiliki bahan baku yang sangat besar baik dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.

KKP juga tengah fokus membangun industri perikanan yang berkelanjutan serta berdaya saing sehingga profesi nelayan dan perikanan dapat terus berlanjut. Sejumlah kebijakan telah dibuat untuk menuju perikanan berkelanjutan seperti larangan transhipment dan moratorium kapal eks asing yang menangkap ikan secara illegal dari perairan Indonesia.

Salah seorang pengusaha perikanan yang mengelola UPI bernama Saefuddin mengatakan saat ini pihaknya terus mengembangkan produk olahan perikanan untuk meningkatkan nilai tambah.

Sejumlah produk yang diolah sudah siap saji dan bahkan sudah diolah dalam beragam bentuk seperti bakso. "Kami juga memasarkan produk-produk kami ke pasar modern seperti supermarket," ujarnya.

Kendati begitu, Pemilik produk dengan brand Sakana Indo Prima ini mengaku terkadang kesulitan mendapatkan bahan baku seperti tuna. Karena produk tuna sebagian besar langsung diekspor ke luar negeri seperti Jepang yang menjanjikan harga yang lebih tinggi.

Karena itu, mereka meminta pemerintah untuk memastikan ketersediaan bahan baku untuk UPI sehingga produksi mereka terus bisa berjalan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×