kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pusat belanja di Jabodetabek masih punya masa depan


Kamis, 05 April 2018 / 19:50 WIB
Pusat belanja di Jabodetabek masih punya masa depan
ILUSTRASI. Summarecon Mal Bekasi


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis pasar belanja di Jabodetabek diperkirakan masih akan tetap tumbuh ke depan ditopang oleh sektor food and beverage (fnb). Meskipun beberapa departement store berguguran dan sejumlah peritel asing banyak yang hengkang, namun big retail yang lain baik lokal dan asing juga masih tetap berekspansi.

Colliers Indonesia melihat kondisi pusat belanja di Jakarta masih cukup bagus. Walaupun ada retailer yang bertumbangan tetapi masih ada juga yang gencar melakukan ekspansi seperti Miniso yang akan membuka sekitar 100 outlet baru sepanjang tahun 2018 dan Lulu Group Retail yang akan membuka 10 gerai lagi hingga tahun 2019.

"Prospek bisnis sektor ritel itu terbantu dengan jumlah suplai yang flat sejalan dengan kebijakan moratorium yang dilakukan pemerintah," kata Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia  di Jakarta, Rabu (4/4). 

Pasokan mall di Jakarta hingga kuartal I-2018 mencapai 4.6 juta meter persegi (m²) dan tidak berbeda dari tahun lalu. Hingga akhir tahun diperkirakan hanya ada tambahan 60.000 m².

Handa Sulaiman, Head of Research DPP Real Estate Indonesia (REI) juga melihat kondisi pusat belanja di Jakarta masih cukup sehat. Menurutnya, hal itu tercermin dari okupansi mall-mall premium yang masih di atas 90%. "Padahal service charge di mall permium itu seperti Plaza Indonesia sudah mencapai Rp 2 juta per m² per bulan tetapi okupansi masih cukup bagus," kata Handa.

Handa memperkirakan, kondisi positif itu masih akan berlansung sampai akhir tahun. Menurutnya, kondisi itu juga terbantu oleh kondisi suplai pusat belanja yang tidak banyak bertambah beberapa tahun terakhir.

Collier melihat perkembangan online shopping hanya berpengaruh ke mall menengah dan menengah bawah. Sementara untuk mall premium atau kelas atas sebetulnya tidak berdampak sama sekali. Terbukti okupansi mall mewah di Jakarta dalam catatan konsultan ini masih relatif stabil yaitu 94,6% di kuartal I-2018.

Rata-rata harga penawaran sewa pusat belaja di Jakarta kuartal I-2018 yaitu Rp 616.491 per m² setiap bulannya, meningkat 5,6% year on year (yoy). Untuk penawaran sewa untuk pusat belanja premium mencapai Rp 1,42 juta per m² dan mall segmen menengah ke bawah sekitar Rp 282.755 per m².

Sedangkan service charges mall di Jakarta cukup stabil dengan kenaikan hanya 1,6% yoy menjadi Rp 134.350 per m². Namun khusus di CBD, ada beberapa yang menaikkan service charge di bawah 5% sehingga rata-rata CBD Rp 164.359 per m².

Sementara di wilayah sekitar Jakarta, tingkat okupansinya di kuartal I-2018 mencapai 82,2%, turun 1% dari kuartal sebelumnya. Adapun tingkat hunian mall segmen menengah ke atas mencapai 91,8%.

Untuk rata-rata penawaran sewa di kawasan ini melonjak 9,2% menjadi Rp 386.509 per m². Beberapa mall kelas menengah melakukan peningkatan sewa di atas 20% bahkan ada di Serpong menawarkan tarif 50% lebih tinggi untuk area lantai dasar. Sedangkan rata-rata service charges di kuartal I-2018 naik 2,6% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 103.074 per m².

Ferry mengatakan, masih banyak ritel yang melakukan ekspansi di Jakarta karena mereka melihat Indonesia adalah pasar yang besar sejalan dengan jumlah penduduknya. 

Ia yakin pasar pusat belanja masih akan tumbuh dengan jumlah supplai yang cukup stagnan dan ditambah dengan inovasi-inovasi yang dilakukan para pengelola. "Food and Beverage masih menjadi generator market di tengah lesunya permintaan. Kebanyakan ritel FnB tersebut membutuhkan ruang sekitar 100 m²-300 m²." kata Ferry.

Colliers memperkirakan, perkembangan pasar ritel ke depan akan lebih banyak menyasar ke kawasan-kawasan pinggiran Jakarta yang sudah mempunyai populasi besar. Konsep yang akan banyak berkembang adalah neighbourhood shopping mall yang akan menjangkau kebutuhan lingkungan sekitarnya dalam radius yang tidak terlalu besar.

Executive Director PT Summarecon Agung Tbk Albert Luhur melihat prospek ritel di Bekasi masih cukup bagus. Terbukti dari tingkat okupansi mall perusahaan yang terletak di Summarecon Bekasi yang mencapai 92%. "Pendapatan dari tenan-tenan kita juga cukup bagus. Karena memang spending power warga Bekasi cukup tinggi karena sebagian besar warganya adalah working class," kata Albert.

Selain itu, peritel olahraga asal Perancis, Decathlon, juga akan membuka gerai pada Desember 2018 mendatang di Summarecon Bekasi dan akan menempati area seluas 6.000 m². Ini merupakan gerai keduanya setelah sebelumnya membuka gerai di Alam Sutera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×