kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pyridam terpikat bisnis obat generik JKN


Rabu, 25 Mei 2016 / 12:15 WIB
Pyridam terpikat bisnis obat generik JKN


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat berdampak pada bisnis farmasi. Salah satunya PT Pyridam Farma Tbk. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, emiten berkode saham PYFA tersebut melaporkan penurunan penjualan.

Tak mau berlama-lama menorehkan kinerja merah, produsen obat tersebut berusaha atur strategi agar bisa menggenjot penjualan. Salah satunya dengan cara mengincar tender pengadaan obat generik untuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

"Kami sedang mempersiapkan diri ikut program JKN lewat tender e-catalogue dan bersiap memasuki pasar obat-obatan generik," kata Steven A.A Setiawan, Corporate Secretary Pyridam Farma kepada KONTAN, Selasa (24/5).

Selain menyasar proyek obat JKN, manajemen Pyridam juga berburu klien agar bisnis maklunnya lebih kencang. Steven bilang, dengan dua strategi ini, Pyridam mengincar kenaikan penjualan 7% tahun ini. 

Dengan mengacu penjualan tahun 2015 senilai Rp 217,84 miliar, setidaknya target penjualan Pyridam tahun ini dipatok di angka Rp 233,09 miliar. Soal laba, Steven memasang target tinggi. "Target pertumbuhan laba kami 20%," imbuh Steven.

Tak hanya peluang dari pengadaan obat dari program JKN saja, tahun ini Pyridam berusaha memperluas ekspor ke negara berkembang. Pada kuartal I-2016, Pyridam mencatat ekspor Rp 124,7 juta, turun ketimbang ekspor periode yang sama tahun 2015 senilai Rp 370,8 juta.

Steven menjelaskan, tantangan bisnis farmasi saat ini terletak pada daya saing. Dari sisi daya saing, industri farmasi di Indonesia kesulitan berkompetisi karena masih menggunakan bahan baku impor. 

"Untuk menyiasati bahan baku, caranya dengan mencari produsen bahan baku yang menawarkan harga kompetitif," kata Steven.

Mengenai proses produksi, tahun ini Pyridam mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure sebesar Rp 2 miliar–Rp 3 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk memperbaiki sarana pabrik, peralatan serta riset.

Perlu diketahui, sampai akhir kuartal I-2016, penjualan Pyridam turun 5,09% menjadi Rp 52,99 miliar ketimbang penjualan periode yang sama tahun 2015 senilai Rp 55,83 miliar. 

Penurunan penjualan berasal dari penurunan lini bisnis farmasi 2,05% menjadi Rp 50,99 miliar ketimbang periode yang sama tahun 2015 senilai Rp 52,06 miliar. 

Di bisnis jasa maklun, Pyridam justru mencatat kenaikan pendapatan 71,71% menjadi Rp 2,61 miliar ketimbang periode yang sama tahun 2015 senilai Rp 1,52 miliar. Di sisi lain, bisnis alat kesehatan Pyridam justru stagnan di angka Rp 1,87 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×