kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RUU Kewirausahaan dorong bisnis start up


Senin, 12 Februari 2018 / 13:36 WIB
RUU Kewirausahaan dorong bisnis start up


| Editor: Tri Adi

Indonesia akan memiliki Undang-Undang Kewirausahaan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Saat ini, draf RUU tersebut sedang dibahas Kementerian Koperasi dan UKM (Kemkop UKM) dan Pansus DPR RI. Menkop UKM  Anak Agung Puspayoga berharap kehadiran aturan tersebut bisa mendorong lahirnya pebisnis pemula dan social entrepreneur, khususnya dari kalangan anak muda. Di masa selanjutnya, UU tersebut diharapkan turut memotivasi warga mau menjadi wirausaha.

Perundangan ini kian mempertegas kehadiran Negara dalam menghadapi perubahan zaman dan tuntutan warga akan ketersediaan lapangan kerja. Presiden Jokowi di dua kampus, ITB dan UGM, menyerukan peran sentral perguruan tinggi dalam melahirkan wirausaha -wirausaha baru. Secara nasional, persentasenya 1,6% yang menjadi entrepreneur di negara ini, padahal seharusnya secara normal sudah di atas 5%. Presiden bahkan mengidentifikasi jenis-jenis usaha yang kian eksis, seperti software developer, aplikasi, animasi, games, e-commerce, serta toko online.

Fakta bahwa ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’, maka dalam perundangan sekiranya memungkinkan untuk mendorong pola-pola atau model tumbuhnya mindset, attitude, skill, knowledge (MASK) berbasiskan pada role modeling. Model natural ini diyakini ampuh memasukkan nilai-nilai kewirausahaan dalam diri para pemula.

Contoh role modeling melekat dalam profil family business Presiden Jokowi. yang berlatar belakang pengusaha itu sejalan dengan kreativitas bisnis yang dijalankan anak sulungnya, Gibran Rakabuming. Sosok Gibran diketahui menjalankan bisnisnya karena role modeling dari sang ayah yang berlatar belakang pebisnis mebel. Hal ini semakin menunjukkan pentingnya menumbuhkan kesadaran akan peran strategis pendidikan keluarga dalam menciptakan wirausaha baru di Tanah Air.

Sebelum Jokowi menjadi Presiden, Gibran merintis usaha katering dan kuliner yang kini menjadi perhatian publik adalah salah satu varian produknya, yakni Martabak yang dikenal populer dengan nama Markobar. Varian produk Martabak yang dijual pemilik katering Chilli Pari itu kerap diunggah di Twitter.

Laiknya pebisnis yang mempromosikan barang dagangannya, Gibran tampak rajin dan kreatif mempromosikan produk-produk kulinernya. Melalui portal Chilli Pari, katering dengan spesialisasi acara pernikahan yang dikemas pula dengan gedung pertemuan Sabara, menunjukkan kreativitas dan bisnis kekinian yang dikelola anak muda.

Pola pendidikan keluarga dalam menumbuhkan minat berwirausaha sangat lekat dalam eksistensi bisnis Chilli Pari dan Markobar. Pendidikan nilai entrepreneurship yang dikombinasikan dengan nilai-nilai adiluhung dalam budaya Jawa, sebagaimana latar belakang budaya keluarga Presiden Jokowi, misalnya, memberikan perpaduan yang khas.

Demikian pula pendidikan keluarga dari latar belakang ethno-cultural yang lain. Berbagai faktor itu  memberi warna yang khas pada pembentukan MASK atas pilihan jalan hidup seorang wirausaha.

Dalam ajaran budaya Jawa, praktek bisnis yang dengan sengaja menghadirkan atau melibatkan kekuatan Ilahi, salah satu contohnya melalui laku hidup tirakat, menjadi hal relevan namun terkesan tidak memikat hati pebisnis dewasa ini.

Tiga laku hidup bercorak tirakat khas Jawa yang mungkin pula ditemui di kearifan etnik Nusantara lainnya yaitu, makan jika benar-benar lapar, minum jika benar-benar haus, dan tidur jika benar-benar mengantuk. Tembang Kinanthi mengingatkan, padha gulangen ing kalbu, ing sasmita amrih lantip, aja pijer mangan nendra, kaprawiran den kaesthi, pesunen sarinira, sudanen dhahar lan guling. Artinya, asahlah hatimu, agar bisa memahami rahasia hidup, jangan banyak makan dan tidur, tujulah kesempurnaan, latihlah dirimu, kurangi makan dan tidur.

Start-up

Banyak nada negatif yang ditujukan kepada bisnis kuliner Gibran. Nada meremehkan kerap didengar menyikapi bisnis individu yang dijalankan anak Presiden Jokowi itu.

Untuk sebagian kelompok ini, bisnis kuliner dan menjajakan martabak seharusnya bukan levelnya dijalankan oleh anak presiden. Harusnya, atau idealnya, bisnis anak Presiden yang dekat dengan kekuasaan itu, terkait dengan bisnis strategis seperti energi dan sumber daya mineral, infrastruktur kepelabuhanan, bandar udara, pembangunan jalan tol, dan bidang lain yang strategis.

Bisnis yang high investment dan high capital, memang selama ini menjadi image yang melekat dengan penguasa dan lingkaran terdekatnya. Tampaknya hal itu bertolak belakang dengan bisnis kuliner yang dijalankan anak Presiden Jokowi. Sebenarnya, fenomena apa yang terjadi ini?

Pertama, di kalangan anak muda masa kini ada nilai yang tolak ukurnya berbeda dengan masa lalu. Hal itu bisa dilihat misalnya dalam pemilihan profesi bergengsi masa kini yang mungkin di masa lalu diremehkan. Profesi sebagai chef misalnya, saat ini terdengar dan terlihat seksi di banyak anak muda.

Demikian pula profesi sebagai pemandu wisata dan hotelier, menjadi primadona baru yang menjanjikan masa depan yang cerah.  Terbukti bisnis kuliner, hotel dan perjalanan wisata, menjadi tiga serangkai yang melekat dalam kehidupan manusia modern. Makan dan traveling menjadi kegemaran kekinian. Oleh  karena itu, industri dan profesi yang melekat dengannya akan mendapat tempat di benak konsumen.

Kedua, bisnis start up haruslah dihargai, khususnya bisnis yang berpotensi bertumbuh di masa mendatang (scale up business). Kita tidak tahu bisnis kecil yang ada di depan mata saat ini, di masa mendatang bisa menjadi raksasa yang disegani dan menjadi kebanggaan bangsa. Hal serupa terbukti pada setiap bisnis raksasa yang eksis bertahun-tahun hingga saat ini dan menjadi tumpuan hidup banyak orang, serta harapan dan kebanggaan bangsa.

Jangan remehkan bisnis kuliner, sekecil apapun bisnis itu. Bukankah produk makanan super cepat saji yang eksis saat ini di pasaran domestik kita banyak dibanjiri produk food and beverages asing? Sebaliknya, tidakkah kita berteguh dalam pengharapan agar fenomena itu berbalik di masa-masa selanjutnya?

Produk makanan dan minuman lokal dari tangan anak bangsa bisa menjadi tuan dan nyonya di negerinya sendiri, dan menjadi tamu yang terhormat di negara lain? Semoga RUU Kewirausahaan menjadi kekuatan baru yang positif untuk merubah wajah Indonesia di masa depan.                                                       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×