kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham peternakan kebal virus flu burung


Senin, 24 Desember 2012 / 06:24 WIB
Saham peternakan kebal virus flu burung
Promo JSM Indomaret 10-12 September 2021, banyak potongan harga yang menarik.


Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Virus flu burung atau avian influenza kembali mewabah di sejumlah daerah Pulau Jawa. Tidak cuma mengakibatkan ratusan ribu itik mati, virus H5N1 juga mulai mengancam manusia.

Flu burung yang kembali mewabah ini tentu bisa berdampak buruk bagi emiten sektor peternakan (poultry). Pada tahun 2003- 2004 ketika wabah ini menjangkiti unggas, produsen pakan ternak dan peternak unggas ikut terimbas. Kala itu, penjualan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) merosot.

Analis Mega Capital Indonesia, Arief Fahruri bilang, dampak negatif dari penyebaran flu burung adalah menurunnya konsumsi ayam. Masyarakat yang khawatir lantas mengalihkan konsumsi ayam ke daging sapi atau ikan.

Namun, Arief yakin, penyebaran virus tidak akan merambah ke peternakan milik Japfa, PT Malindo Feedmill Tbk dan Charoen. Sebab, mereka telah menjalankan sistem peternakan modern dan terintegrasi. "Pengamatan saya, sampai saat ini kasus kematian ternak baru dialami peternak tradisional," tutur dia.

Lain dengan PT Sierad Produce Tbk (SIPD) yang menjalin kerjasama dengan peternak ayam tradisional dalam jumlah besar. Ini bisa mengakibatkan peternakan inti SIPD rawan tertular virus.

Skala penyebaran flu burung kali ini diproyeksi tidak akan separah 2004. Analis Trimegah Securities, Ivan Chamdani yakin, infeksi virus tidak menyebar ke peternakan milik CPIN dan JPFA. Sebab, keduanya tidak memproduksi itik yang menyebabkan virus. Apalagi, emiten juga telah memiliki vaksin virus tersebut sehingga akan lebih cepat teratasi.

Analis Kim Eng Securities, Adi N Wicaksono dalam riset terbarunya, 12 Desember 2012 lalu pun mengungkapkan, flu burung bukan ancaman serius bagi emiten. Sebab, virus ini selalu berulang tiap tahun sehingga masyarakat lebih tenang atas kejadian saat ini. Ini terbukti dari harga ayam dan day old chicken (DOC) kembali rebound setelah turun dalam dua pekan.

Harga ayam dan DOC sempat jatuh ke Rp 12.000 per kg dan Rp 1.400 per ekor. Tapi, tak berapa lama, harga ayam dan DOC naik lagi ke Rp 14.000 per kg dan Rp 2.250 per ekor. Adi memprediksi, harga ayam akan terus naik merespon tingginya permintaan saat Natal dan tahun baru.

Para emiten juga yakin, prospek emiten sektor poultry di 2013 masih positif setelah harga bahan baku pakan seperti jagung dan kedelai juga stabil. Kenaikan tingkat upah minimum provinsi, menurut mereka, juga akan meningkatkan permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×