kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saka Energi harus melepas Sanga-Sanga


Jumat, 20 Januari 2017 / 10:14 WIB
Saka Energi harus melepas Sanga-Sanga


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara Tbk (PGN), kemungkinan besar harus merelakan Blok Sanga-Sanga. Sebab, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan akan memberikan Blok Sanga-Sanga, satu dari delapan blok migas yang akan habis tahun 2018, kepada Pertamina.

Padahal, November 2016, Saka Energi Indonesia membeli saham milik BP East Kalimantan sebesar 26,25%. Artinya Saka Energi Indonesia akan kehilangan hak atau kehilangan sahamnya di Blok Sanga-Sanga.

Maklum, 100% saham blok migas tersebut akan diberikan seluruhnya ke Pertamina. Bila Saka ingin bermitra lagi di Sanga-Sanga, maka harus ada transaksi pembelian saham di sana lagi.

Meski demikian, Direktur Utama Saka Energi Tumbur Parlindungan mengatakan, Saka tidak akan mendapatkan kerugian dengan keputusan pemerintah tersebut. Sebab semua risiko telah dihitung sebelum melakukan sebuah aksi korporasi tersebut.

"Harga minyak naik. Paling tidak, itu keuntungannya," kata Tumbur, ke KONTAN, Kamis (19/1).

Dia mengungkapkan, hingga saat ini sampai kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) berakhir pada tahun 2018 nanti, Saka Energi masih akan bekerja dalam Blok Sanga-Sanga.

"Kami bagian dari joint operator di blok tersebut sampai PSC berakhir," tegas Tumbur.

Namun dia tidak menjawab, ketika ditanya apakah Saka akan kembali masuk ke Blok Sanga-Sanga. Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam bilang, Pertamina membuka kesempatan bagi kontraktor untuk kembali masuk ke Blok Sanga-Sanga. Namun Pertamina akan tetap menjadi mayoritas.

Sementara, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto menyebutkan share down setiap lapangan dari delapan wilayah kerja terminasi akan melihat kemampuan mitra yang akan masuk dalam blok tersebut dalam mengambilalih.

Sementara untuk pengalihan karyawan, Pertamina masih membutuhkan tenaga kerja. Maklum, Pertamina memiliki keterbatasan karyawan. "Maka, kami transfer karyawan-karyawan yang ada di blok tersebut. Mereka alih di situ mereka kuasai areanya," ucap Dwi.

Terkait dengan proses masa transisi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menerangkan, seperti blok Mahakam, SKK Migas akan menjaga transisi. Ia mengakui tak semua lapangan sama persis.

"Seperti ONWJ, dari PHE ke PHE. Beberapa lapangan bukan Pertamina sebagai operator, tapi Pertamina punya interest. Jadi, transisi ke Pertamina akan dijaga,"kata Amien.

Beli aset ExxonMobil

Selain itu, pemerintah akhirnya juga memutuskan menugaskan Pertamina dalam pengoperasian Lapangan Jambaran Tiung Biru, Blok Cepu Jawa Timur. Pasalnya Pertamina EP Cepu dan ExxonMobil belum juga menjalankan proyek migas tersebut. Sebab, ExxonMobil meminta internal rate of return (IRR) mencapai sekitar 16%. Apalagi pembeli gas di sana juga belum jelas.

Sebagai catatan, rencana kerja atau plan of development (PoD) Lapangan Jambaran Tiung Biru sudah diteken Kepala SKK Migas sejak September 2015. Syamsu mengharapkan, dengan penugasan tersebut, Jambaran Tiung Biru bisa segera dimulai.

Selama ini menurut Syamsu, dalam pengembangan Lapangan Jambaran Tiung Biru terjadi perbedaan keekonomian antara Pertamina dan ExxonMobil.

Itulah mengapa agar proyek bisa berjalan, pemerintah menugaskan Pertamina untuk tetap mengembangkan lapangan tersebut. Caranya mengambil alih hak partisipasi Exxonmobil di lapangan Jambaran Tiung Biru.

"Kami akan beli, punya Exxonmobil sebanyak 45%. Kalau Pertamina sanggup sendiri, ya jalan sendiri, kita sanggup," ungkap Syamsu.

Dia menyatakan, jika keputusan tersebut bisa diambil tahun ini, Pertamina akan segera menjalankan proyek Jambaran Tiung Biru tersebut "Terkait masalah divestasi proyek itu dengan Exxon, kami secara paralel juga bicarakan, interestnya dia kita beli," ujar Syamsu.

Erwin Maryoto, Vice President of Public and Government Affairs of ExxonMobil Indonesia, mengungkapkan, pihaknya memang belum membicarakan masalah itu. Sejauh ini, baik Exxon dan Pertamina EP Cepu sedang mencari waktu untuk membicarakan hal tersebut.

"Yang penting bagi kami akan membicarakan soal itu mencari solusi yang menguntungkan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×