kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selain obat, INAF jagokan suplemen


Selasa, 25 April 2017 / 11:15 WIB
Selain obat, INAF jagokan suplemen


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Produsen Farmasi, PT Indofarma (Persero) Tbk optimistis mengejar target pertumbuhan penjualan 20% tahun ini. Dengan realisasi penjualan tahun 2016 senilai Rp 1,67 triliun, Indofarma membidik target penjualan tahun ini sebesar Rp 2 triliun.

Target penjualan tersebut terbilang agresif, jika mengacu pertumbuhan penjualan Indofarma tahun 2016 yang hanya naik mini 3,3%. Performa tahun 2016 tidak terlalu bagus, kata Yasser Arafat, Sekretaris Perusahaan PT Indofarma Tbk, kepada KONTAN (24/4).

Untuk mengejar target, emiten berkode saham INAF di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut akan mendongkrak penjualan obat herbal serta produk non obat, seperti suplemen makanan . Selain itu, INAF berusaha mendongkrak penjualan alat kesehatan.

Adapun sepanjang tahun 2016, kinerja penjualan Indofarma disokong penjualan obat resep yang naik 24% menjadi Rp 860 miliar. Namun kinerja apik bisnis obat resep tak didukung bisnis alat kesehatan.

Sepanjang tahun 2016, penjualan alat kesehatan Indofarma turun 47% menjadi Rp 241,6 miliar. Bandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 458,3 miliar.

Penurunan bisnis alat kesehatan tersebut mengganggu rencana perseroan ini mencapai target penjualan tahun 2016. Seharusnya kami bisa mencapai target penjualan tahun 2016 senilai Rp 1,9 triliun, kata Yasser.

Selain karena bisnis alat kesehatan yang lesu, penjualan obat bebas milik perseroan ini juga melandai dan turun 7% menjadi Rp 13 miliar di tahun 2016. Yasser mengatakan, produk obat bebas atau over the counter (OTC) tersebut turun lantaran biaya promosi INAF yang terbatas. Kami memang tidak mengalokasikan budget besar untuk promosi obat bebas tersebut, jelas Yasser.

Selain menggenjot penjualan alat kesehatan, INAF juga berusaha menggenjot penjualan produk non obat lain, seperti suplemen makanan. Yasser mengatakan, tahun 2016 lalu penjualan produk suplemen berhasil menopang kinerja penjualan agar tidak turun.

Ini terlihat dari kinerja penjualan suplemen makanan INAF yang tumbuh 30 kali lipat, dari Rp 10 miliar di tahun 2015 menjadi Rp 315 miliar di 2016. Alhasil, kontribusi bisnis suplemen menjadi kontributor kedua terbesar setelah obat resep.

Melihat bisnis non obat yang semakin berkibar tersebut, Yasser optimistis mengejar target penjualan tahun ini lebih baik dibandingkan tahun 2016. Apalagi, tahun ini INAF akan merilis produk-produk baru. Saat ini beberapa produk kami tengah dalam proses perizinan ke Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM), terang Yasser.

Sejak tahun 2015 lalu, INAF tercatat memasarkan suplemen makanan. Produk yang dijual merupakan suplemen makanan yang patennya milik perusahaan Kanada, Clarovita Nutrition Inc.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×