kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selamat datang di era mobile advertising


Selasa, 28 November 2017 / 21:49 WIB
Selamat datang di era mobile advertising


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

Apa yang dilakukan tracker ini?

Mereka itu independen. Soalnya seperti yang terjadi di salah satu klien kami, dia mCommerce, itu mereka ada iklannya masukin di Facebook, Glispa, atau perusahaan-perusahaan lain. Dia mau tahu dong, membandingkan di antara semuanya mana yang bagus. Jadinya polisi ini tugasnya yang memberi tahu mCommerce bahwa klien yang install ini dari Glispa ini, dari yang lain itu.

Mereka itu independen, tapi mereka connect datanya dari Google Play. Namanya biasa kita sebutnya MMP (Mobile Measurement Platform). Jadi mereka yang menjadi polisinya, kita butuh mereka banget karena banyak tuh kasus-kasusnya seperti di berita-berita, ada bot running, kick running gitu. Tugasnya mereka kan sebenarnya cuma menyediakan data, mereka juga bisa memberitahukan bahwa data-data yang ini kok agak mencurigakan. Mereka bisa memberikan flag untuk data-data yang mencurigakan.

Sedangkan untuk perusahaan seperti kami, pastinya kami juga tidak mau merusak hubungan kami dengan klien. Jadi sebelum di flag, kami juga sudah punya sistem sendiri untuk flag detection.

Bagaimana cara mendeteksi kecurangan dari pengguna bohong-bohongan seperti itu?

Ada beberapa hal yang dilihat, salah satunya click to install time. Kalau pakai mesin, kan biasanya kliknya pada waktu yang bersamaan, terus tiba-tiba dibuat dalam 2 menit semuanya sudah selesai, kan tidak mungkin banget. Polisi ini yang akan memberikan data-data seperti itu.

Misalnya, dia klik jam 11, download-nya 11.00.02 dalam 2 detik selesai. Artinya ada yang aneh dong. Jadi kalau dari pihak kita, kalau ada yang seperti itu kita akan blok. Semua yang waktunya pendek banget, itu akan kita blok. Soalnya kita kerjasama dengan publisher kan banyak banget, sampai saat ini ada sekitar 5.000 publisher.

Apa profil pengakses aplikasi dipakai?

Seperti salah satu klien mCommerce kami, mereka tidak mau dong setelah install tidak melakukan apa-apa, profilnya tidak dipakai. Jadinya kita ada yang namanya targeting capability. Dari kami sendiri kan sudah mendapatkan banyak data kita sudah ada dalam industri dari 2008, data kita sudah banyak banget. Kita sudah create semacam kluster, user mana sih yang kemungkinan akan memberikan hasil yang bagus. Jadi ini analisis dari historical data dan user profile-nya.

Misalnya kalau iklannya m-commerce kita cari pengguna ini membeli barang di m-commerce, ya berarti iklannya  kita munculkan ke orang-orang ini. Tapi ada lagi yang lain, biasanya bukan di belanja tapi di game, biasanya iklannya yang kami munculkan iklan-iklan game. Jadi tergantung tujuan dari pengiklannya itu apa.  Kami ada yang namanya Glispa audience platform, itu lebih ke internal, seperti back office-nya.

Bagaimana gambaran pengguna mobile di Indonesia?

Kalau kita bandingkan antara website digital dan mobile aplikasi, penetrasi smartphone di Indonesia sudah hampir 50%, 97 juta kalau enggak salah. Lalu kita harus lihat juga apa mereka punya internet, kan harus ada internet untuk memakainya. Jadi untuk ke depannya, ketika penetrasinya semakin tinggi dan infrastruktur pemerintah untuk internet sudah lebih baik, itu akan menjadi makin tinggi karena keuntungan dari performance marketing, kita bisa track dari semua event yang ada di aplikasi mobile-nya itu.

Apalagi sekarang internet sudah makin banyak, 2022 saya rasa ya, kalau pemerintah Indonesia bilang mau internet ada di seluruh Indonesia. Yang kedua sekarang ada banyak sekali start up.

Nah startup itu business cycle-nya lebih pendek, karena mereka harus cepat-cepat dapat pendapatan untuk membuktikan kepada investor, mereka bisa dapat uang. Bagaimana mereka bisa melakukan itu semua dengan cepat, itu adalah sebuah tantangan di mana mereka bisa dapat data kemudian mempertanggungjawabkannya kepada investor. Ini salah satu cara yang bisa mereka lakukan.

Bahkan kami juga bisa bantu untuk meningkatkan ROI (Return on Investment) dan LTV (Lifetime Value) karena dengan optimasi kan dia bisa semakin naik. Jadi lebih gampang sebenarnya untuk mereka mempertanggungjawabkan. Kalau brand, kan mereka agak susah untuk mengukurnya berapa banyak orang yang tahu, berarti harus memakai survei. Kalau ini kan sudah kelihatan jelas. Ada berapa banyak yang install, berapa banyak active user.

Tapi belanja iklan di mobile ini kan kecil sekali, seberapa lama bisa menyusul belanja di media yang lain?

Dari sisi ad spending sampai akhir 2017 ini, bakalan butuh waktu juga saya rasa karena baru 50% orang Indonesia punya internet. Jadi pemerintah harus membantu juga dengan pembangunan infrastruktur supaya kami bisa meningkatkan belanja iklan. Walaupun sebenarnya, kalau kami bandingkan, kan saya handle South East Asia nih, di Indonesia orang paling banyak download apps dibandingkan dengan negara Singapura, Malaysia dan lainnya.

Jadi menurut survei setiap orang bisa download rata-rata 10-an aplikasi. Cuma karena orang Indonesia suka download, harga per aplikasinya itu lebih rendah, karena dianggap coba-coba. Tapi memang pada saat mereka suka, biasanya akan tetap tinggal di aplikasi itu. Makanya penting sekali untuk aplikasi-aplikasi itu mempunyai alur yang cepat dan enggak ribet di awal.

Seperti Blibli, pada waktu kami download, kelihatan kan tuh cara memakai aplikasinya. Klik di sini untuk search, lalu ada pop up yang memandu pengguna untuk mengoperasikan aplikasinya. Kan di Google Play juga ada tulisan-tulisan tentang aplikasi itu apa fungsinya, mereka itu harus optimasi banget di situ untuk menjelaskan tentang aplikasinya kepada pengguna.

Di 2018 kan belanja iklan web dan mobile sudah hampir 50-50. Tapi ini entah asumsinya dengan infrastruktur yang sudah diperbaiki atau belum. Tapi katakanlah dengan infrastruktur yang sama, apa betul masih bisa berkembang?

Itu akan terus berkembang sih. Internet kualitasnya makin bagus, handphone murah menjadi semakin banyak. Dan kalau kita lihat kelas menengahnya Indonesia, disposable income-nya makin gede, sehingga mereka makin punya uang lebih untuk membeli hp dan hp itu sendiri harganya sudah tidak terlalu mahal. Jadinya itu memang akan terus berkembang, apalagi sekarang menjadi semakin advance kalau kita lihat mobile advertiser. Pertama kan munculnya berbentuk banner, lalu muncul yang advance, yaitu native. Terus ada lagi video, terus sekarang baru saja beberapa bulan yang lalu, kita baru dapatkan satu perusahaan di Israel yang membuat playable ads. Jadi misalnya aplikasi game, ads itu dibuat supaya kita bisa main sebentar tanpa harus download, tapi misalnya dikasih 1 level saja. Pada saat naik level, baru disuruh untuk install.

Jadi semakin berkembang, targeting capability untuk perusahaan seperti kita juga menjadi semakin besar. Kita harus bisa melihat placement mana yang cocok. Bahkan kita juga bisa melihat, kalau di Indonesia kalau m-commerce jam berapa sih kira-kira yang paling banyak orang install aplikasi. Biasanya pas jam makan siang atau waktu macet. Tapi nanti dia bisa berubah jam pada saat misalnya puasa. Kalau puasa pada saat jam makan siang, orang install menjadi semakin tinggi.

Apalagi kalau sekarang kita lihat, banyak sekali promosi-promosi yang dilakukan oleh, m-commerce.  Ada 8/8, 9/9,10/10, 11/11 untuk harbolnas. Ini biasanya berhubungan dengan sesuatu, 10/10 itu kan ulang tahunnya Shopee, lalu 11/11 itu Lazada. Tapi jadwal untuk m-travel berbeda lagi, biasanya beberapa bulan sebelum libur panjang.

Ada keuntungannya sih, jadi untuk user juga. KIta kan bisa menunggu waktu-waktu mereka memberikan diskon.

Masa depan bukan di media tradisional dan web lagi ya?

Tergantung perusahaannya sih. Kalau untuk brand awareness mungkin web masih lebih dipakai. Untuk aplikasi ini ada 3 macam, monetize itu ketika user membelanjakan uangnya untuk booking, buying, app purchase seperti gaming.

Di apps, Facebook dan Google still the king. Banyak orang memakai itu untuk benchmark, walaupun sebenarnya itu tidak bisa dijadikan patokan. Soalnya pengguna Facebook cuma bisa lihat angkanya saja, enggak bisa ngapain-ngapain, kecuali kalau kita kurangi targetingnya. Kalau ditambah targetingnya, harganya kan pasti akan naik.

Sedangkan kami ini terkoneksi dengan pengguna ratusan bahkan ribuan aplikasi, sehingga volume ads itu biasanya lebih besar dari Facebook, terutama kalau misalnya advertisingnya mau agresif mereka biasanya bakalan masuk di Facebook plus apps network, karena apps network inilah yang bisa backup jumlah install-nya. Dan itu juga berhubungan dengan brand awareness, karena kalau di Facebook hanya ada di Facebook saja, kalau kita bisa ada di mana-mana.

Kalau di Indonesia sendiri user yang terdaftar dalam database Glispa ada berapa banyak?

Kalau seperti Q3 yang kemarin jumlah install yang kita sudah capai sudah mencapai 3-5 juta. Tapi itu terbagi-bagi ke semua klien yang ada di Indonesia, seperti Traveloka dan lainnya. Jadi bisa beberapa yang dobel atau tripel.

Indonesia itu kan ada berapa sih 97 juta pengguna, ada banyak HP baru. Orang Indonesia pun kebanyakan punya 2 HP. Saya ambil datanya dari AIB atau enggak e-markerters. Tapi kalau kita hitung dengan negara-negara seperti India atau China, kita masih kecil.

Rate untuk per install itu berapa?

Tergantung jenisnya, kalau mereka hanya butuh untuk install saja itu lebih murah. Cuma kalau kita pukul rata, biasanya sih kira-kira US$1-US$1,50 untuk Android tapi untuk IOS bisa 20-30% lebih mahal.

Agak berbeda perilaku pengguna Android dan IOS, untuk Android lebih banyak penggunanya dan lebih mau mencoba aplikasi baru. Kalau IOS jarang untuk download aplikasi baru.

Kalau di Indonesia yang masih jadi raja masih m-commerce dan travel. Kalau gaming sudah mulai, tapi biasanya game luar yang masuk ke Indonesia. Memang ada juga game dari Indonesia seperti Telolet dan Tahu Bulat, tapi yang dari luar masih yang besar, seperti misalnya Garena yang bikin AOV (Arena of Valor), kita launching campaign, sehari bisa di download puluhan ribu pengguna install. Masih jalan untuk pemenang Rp 7 miliar.

Dalam dunia advertising, data mining akan seberapa besar pengaruhnya?

Karena semakin banyak yang memainkan data, jadi pada waktu kita mau menargetkan juga akan menjadi semakin kecil filtering-nya. Tapi keuntungannya karena kita berdasarkan performa kliennya juga menjadi lebih senang. Kesalahan yang paling banyak saya temukan pada pengiklan baru di Indonesia adalah tujuan kampanye untuk mendapatkan install. Itu salah banget. Karena untuk install aplikasi bisa saja bot (robot) yang melakukannya. Mereka harusnya tujuannya untuk mendapatkan pengguna jangan sekadar install.

Makanya kita juga bantu sampai decrypt, jadi setelah instal apa yang mereka lakukan. Misalnya dalam game kita lihat penggunanya main sampai level berapa dan sebagainya. Harus ada matriks sampai ke sana, kalau tidak ada itu ya buang uang saja kampanyenya. Jadi kami melakukan tracking pengguna itu sudah sampai level mana saja.

Venture Capital juga tidak semudah itu dibohongi, kalau startup ditanya dapat berapa banyak user, mereka akan tanya lagi berapa banyak yang melakukan transaksi. Kalau tidak ada ya enggak guna banget. Tapi itulah susahnya pengiklan di Indonesia, mereka mengatakan enggak butuh yang seperti itu. Install saja sudah cukup. Jadi untuk saya juga susah. Ya kalau saya mau ambil duitnya terus lari, ya bisa-bisa saja, tapi kan namanya juga jadi jelek kan.

ROI itu berapa rata-rata?

Agak susah untuk bilangnya tergantung aplikasinya, tergantung brand nya. Tapi cara termudah untuk pengiklan melihat ROI ini adalah melihat traffic-nya di masa biasa sebelum ada kampanye. Jadi istilahnya organik orang yang datang dan install sendiri. Nah ROI yang organik itu berapa%, katakanlah 10% nah kalau sudah masuk di kampanye maka ROI nya akan sedikit lebih rendah. Karena, yang satu datang dari iklan yang satu organik, yang organik pasti lebih bagus. Jadi itu yang harusnya jadi fokus untuk perbedaan yang rendah antara organik dan iklan. Ceiling-nya itu organik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×