kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,94   -29,79   -3.09%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siaga harga pangan menjelang puasa


Rabu, 02 Mei 2018 / 13:18 WIB
Siaga harga pangan menjelang puasa
ILUSTRASI. Pedagang beras merugi


Reporter: Abdul Basith, Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua pekan menjelang puasa, harga sejumlah bahan pangan asyik melompat naik. Sebagai contoh, harga telur bertengger di kisaran Rp 24.000 per kilogram (kg), sementara harga daging ayam di kisaran Rp 34.000 per kg.

Harga tersebut jauh di atas ketentuan patokan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Maklum, Kementerian Perdagangan (Kemdag) telah menetapkan harga tertinggi telur dan daging ayam di tingkat peternak Rp 19.000 per kg. Idealnya harga telur dan ayam di pasar tidak mencapai setinggi saat ini.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia ( Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, bukan hanya harga telur dan daging ayam saja yang sudah tinggi, harga bahan pangan lain juga naik. Sebut saja harga bawang merah dan bawang putih. Dia mengungkapkan, kini rata-rata harga bawang merah di pasar Rp 35.000 per kg, sementara harga bawang putih Rp 36.000 per kg. Harga itu sudah melewati batas harga tertinggi Rp 30.000 per kg.

Demikian juga dengan harga cabai merah keriting sudah nangkring di Rp 39.000 per kg, cabai rawit hijau Rp 33.000 per kg dan cabai rawit merah 40.900 per kg dan cabai merah besar Rp 59.000 per kg. Harga gula pasir di pasar juga naik di kisaran Rp 13.200 per kg, lebih tinggi dibandingkan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 12.500 per kg.

Adapun harga minyak goreng curah Rp 12.500 per liter dari HET sebesar Rp 10.500 per liter. "Dengan melihat kondisi sekarang, harga bahan pokok kami prediksi masih akan naik lebih tinggi lagi saat awal masa puasa nanti," ujar Abdullah kepada KONTAN, Selasa (1/5).

Tingginya harga bahan pangan pokok saat ini terjadi karena stok pangan yang kurang di pasar. Selain itu, kebijakan penentuan harga acuan belum berjalan efektif karena kurangnya pengawasan dari pemerintah.

Selain kedua faktor tersebut, faktor distribusi yang macet juga turut mendongkrak harga pangan. Abdullah mengatakan, suplai komoditas bahan pangan ke pasar masih tersendat. Akibatnya pedagang kesulitan mendapatkan bahan pangan.

Beras masih stabil

Menurut Abdullah, kenaikan harga pangan bisa dibendung bila pemerintah serius melakukan pemetaan produksi di daerah. Sebab hal itu akan membuat proses distribusi lebih mudah.

Namun menurut Direktur Utama PT Foodstation Tjipinang Jaya (FSTJ) Arief Prasetyo, saat ini harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) masih relatif stabil. Bahkan dia mengklaim, harga beras di bawah HET. "Kalau di PIBC ada beras yang di bawah HET, beras yang harus diatur adalah yang ada di pasar turunan," terang Arief

Oleh karena itu, Arief mengatakan, pemerintah perlu berkonsentrasi pada harga pangan di pasar turunan. Sebab menurut Arief, sejauh ini Kemdag telah menginstruksikan Perum Bulog untuk mengguyur pasar turunan dengan beras impor. Beras itu dijual dengan harga di bawah HET.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri (Dirjen PDN) Kemdag Tjahya Widayanti membantah bahwa harga pangan tinggi. Ia bilang berdasarkan pantauan Kemdag, harga rata-rata bahan pangan pokok saat ini sudah turun. "Saat ini harga pangan dalam tren turun," ucapnya.

Menurutnya hal itu karena ada tiga langkah kebijakan yang dilakukan Kemdag untuk menjaga harga pangan pokok di dalam negeri. Pertama, mewajibkan pendaftaran pelaku usaha barang kebutuhan pokok. Kedua, terus melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) dengan Pemerintah Daerah, instansi terkait, dan pelaku usaha hingga pekan keempat bulan April 2018, dan ketiga melakukan pemantauan dan pengawasan harga oleh sejumlah pejabat Eselon I.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet Using Psychology-Based Sales Tactic to Increase Omzet

[X]
×